Kamis, 31 Maret 2016

HARI MINGGU PANGGILAN 2016


PESAN BAPA SUCI PAUS FRANSISKUS
UNTUK HARI DOA PANGGILAN SEDUNIA KE-53
Minggu Paskah IV, 24 April 2016

Gereja, Bunda Kaum Terpanggil

 Saudari-saudara terkasih,

Inilah harapan besar saya bahwa, selama masa Yubileum Agung Kerahiman ini, semoga semua orang beriman mengalami kegembiraan yang dimiliki Gereja dan menemukan kembali bahwa panggilan Kristiani, sebagaimana setiap panggilan khusus, lahir dari dalam Umat Allah, dan merupakan anugerah belaskasih ilahi. Gereja adalah rumah belaskasih, dan merupakan “tanah subur” dimana panggilan berakar, tumbuh matang dan berbuah.

Dengan harapan tersebut, pada kesempatan Hari Doa Panggilan sedunia ke-53 ini, saya mengundang Anda semua untuk merenungkan komunitas apostolik dan bersyukur atas peran komunitas dalam setiap perjalanan panggilan masing-masing orang. Dalam Bulla Yubileum Agung Kerahiman, saya mengetengahkan kembali kata-kata St. Beda, yang melukiskan panggilan St. Mateus : “Rendah hati dan Terpilih” - “Miserando atque eligendo” (Misericordiae Vultus, 8). Tindakan belaskasih Tuhan adalah mengampuni dosa-dosa kita dan membuka kita kepada hidup baru yang terwujud dalam panggilan kemuridan dan misi perutusan. Setiap panggilan dalam Gereja memiliki asal-usulnya dalam tatapan belaskasih Yesus. Pertobatan dan panggilan adalah dua sisi dari satu koin yang sama, dan secara terus menerus tetap terhubung di seluruh hidup kemuridan misioner.

Beato Paulus VI, dalam Seruan Apostolik Evangelii Nuntiandi, melukiskan berbagai langkah dalam proses evangelisasi. Salah satu langkahnya adalah diterima dalam jemaat Kristiani (bdk. EN, 23), tempat dimana kita menerima kesaksian iman dan pewartaan yang gamblang tentang belaskasih Tuhan. Persekutuan ke dalam jemaat Kristiani ini membawa bersamanya kekayaan hidup menggereja, secara khusus sakramen-sakramen. Memang, Gereja bukan hanya suatu tempat dimana kita percaya, tetapi juga merupakan objek iman kita. Itulah alasannya bahwa kita mengaku dalam syahadat : “aku percaya akan Gereja”.

Panggilan Tuhan datang kepada kita melalui mediasi kebersamaan. Tuhan memanggil kita untuk menjadi bagian dari Gereja dan setelah kita mencapai kematangan tertentu di dalamnya, Dia menganugerahkan kepada kita panggilan khusus. Perjalanan panggilan dilewati bersama-sama dengan para saudari dan saudara yang diberikan Tuhan kepada kita: inilah sebuah kebersamaan panggilan. Dinamisme menggereja hidup panggilan merupakan penangkal ketidakacuhan dan individualisme. Hal ini membangun persekutuan dimana ketidakacuhan diatasi oleh cinta, karena dinamisme itu menuntut bahwa kita keluar melampaui diri kita sendiri dan menempatkan hidup kita pada rencana Allah, dengan merangkul perjalanan sejarah umat kudus Allah.

Pada hari ini yang dikhususkan untuk berdoa bagi panggilan, saya mendorong semua umat beriman untuk mengemban tanggung jawab dalam kepedulian dan penegasan panggilan. Ketika para rasul mencari pengganti Yudas Iskariot, St. Petrus mengumpulkan seratus dua puluh saudara (bdk. Kis 1:15); dan untuk memilih tujuh diakon, sekelompok para murid dikumpulkan (bdk. Kis 6:2). Santo Paulus memberi Titus kriteria khusus untuk memilih para penatua (bdk. Tit 1:5-9). Sampai saat ini, jemaat Kristiani selalu hadir dalam penegasan panggilan, pembinaan dan ketekunan doa mereka (bdk. EG, 107).

Panggilan lahir di dalam Gereja. Mulai dari panggilan itu tumbuh bersemi sampai menjadi nyata jelas, perlulah memiliki sikap “sehati” dengan Gereja. Tak seorang pun dipanggil secara eksklusif bagi wilayah tertentu, untuk suatu kelompok atau sebuah gerakan eklesial tertentu, namun lebih-lebih bagi Gereja dan dunia. “Tanda pasti keaslian suatu karisma adalah sifat gerejawinya, kemampuannya untuk berintegrasi secara harmonis dengan hidup umat Alllah  yang kudus dan setia demi kebaikan semua orang” (ibid., 130). Dalam menjawab panggilan Tuhan, kaum muda melihat cakrawala gerejawi mereka sendiri secara luas; mereka mampu untuk menimbang-nimbang berbagai karisma dan membuat penegasan diri yang lebih objektif. Dalam situasi seperti ini, komunitas menjadi rumah dan keluarga, sebagai tempat panggilan itu lahir. Para calon dengan penuh syukur merenungkan mediasi komunitas ini sebagai unsur esensial bagi masa depan mereka. Mereka belajar mengenal dan mencintai saudari-saudara mereka yang mengikuti jalan-jalan yang berbeda dari jalan mereka sendiri; dan ikatan ini memperkuat setiap orang di dalam komunitas dimana mereka saling berbagi.

Panggilan tumbuh di dalam Gereja. Di dalam pembinaan, para calon untuk berbagai tarekat perlu tumbuh dalam pemahaman mereka mengenai komunitas gerejawi, yang mengatasi perspektif-perspektif yang mereka miliki pada awal mulanya. Tujuannya adalah membantu mereka untuk menjalankan beberapa pengalaman apostolik bersama dengan anggota-anggota komunitas yang lain, sebagai contoh: dalam kelompok katekis yang baik, untuk mengkomunikasikan warta Kristiani; bersama dengan sebuah komunitas religius, untuk mengalami evangelisasi pinggiran dengan berbagi dalam hidup biara, untuk menemukan harta kontemplasi; dalam hubungan dengan para misionaris, untuk mengetahui lebih dalam misi ad gentes; dan dalam kelompok para imam diosesan, untuk memperdalam pengalaman akan hidup pastoral di paroki dan keuskupan. Bagi mereka yang sudah berada dalam pembinaan, komunitas gerejawi selalu merupakan lingkungan pembinaan yang fundamental, yang mengantar orang pada rasa syukur.

Panggilan ditopang oleh Gereja. Setelah komitmen definitif, perjalanan panggilan kita di dalam Gereja tidak berakhir begitu saja, tetapi panggilan itu berlanjut dalam kesiapsediaan kita untuk melayani, dalam ketekunan dan bina lanjut kita. Seseorang yang telah membaktikan hidupnya kepada Tuhan berkehendak melayani Gereja dimanapun dibutuhkan. Misi Paulus dan Barnabas adalah contoh yang bagus tentang kesiapsediaan untuk melayani Gereja. Diutus oleh Roh Kudus dan oleh jemaat Antiokhia (bdk. Kis 13:1-4), mereka kembali kepada komunitas yang sama dan menceritakan apa yang telah Tuhan kerjakan di tengah-tengah mereka (bdk. Kis 14:27). Para misionaris disertai dan ditopang oleh jemaat Kristiani, yang selalu menjadi titik acuan yang vital, bagaikan tanah air yang memberikan kenyamanan kepada semua yang berada pada peziarahan menuju kehidupan abadi.

Di antara mereka yang terlibat dalam kegiatan pastoral, para imam sungguh amat penting. Dalam pelayanan mereka, mereka memenuhi sabda Yesus, yang mengatakan : “Aku adalah pintu kawanan domba (…) Aku adalah gembala yang baik” (Yoh 10:7.11). Reksa pastoral panggilan adalah bagian fundamental dari pelayanan mereka. Para imam menemani mereka yang memilih hidup panggilan dan mereka yang telah membaktikan diri mereka pada pelayanan Tuhan dan jemaat.

Semua kaum beriman dipanggil untuk menyadari dinamisme eklesial panggilan, sehingga komunitas umat beriman dapat menjadi, sesudah teladan Santa Perawan Maria, seperti sebuah rahim ibu yang menyambut rahmat Roh Kudus (bdk. Luk 1:35-38). Keibuan Gereja terwujud dalam doa yang konsisten untuk panggilan serta dalam karya pembinaan dan pendampingan kepada semua yang menanggapi panggilan Tuhan. Keibuan Gereja ini juga dinyatakan melalui seleksi calon-calon pelayan tertahbis dan hidup bakti secara cermat dan  hati-hati. Akhirnya, Gereja adalah bunda kaum terpanggil dalam dukungannya terus menerus pada mereka yang telah membaktikan hidupnya pada pelayanan bagi sesama.

Kita memohon kepada Tuhan untuk melimpahkan kepada semua yang berada dalam perjalanan panggilan suatu rasa dimiliki Gereja secara mendalam; dan semoga Roh Kudus meneguhkan para gembala umat, dan semua kaum beriman, suatu rasa kebersamaan yang mendalam, penegasan roh, serta keibuan dan kebapakan rohani.

Bapa belaskasih, yang memberikan Putera-Mu bagi keselamatan kami dan yang selalu memperteguh kami dengan karunia-karunia Roh-Mu, limpahkanlah kepada kami jemaat Kristiani yang hidup, bersemangat dan bergembira, yang merupakan sumber-sumber hidup persaudaraan, dan yang menyuburkan dalam diri kaum muda hasrat untuk mempersembahkan diri mereka kepada-Mu dan karya evangelisasi. Topanglah jemaat-jemaat ini dalam karya pelayanan mereka untuk memberikan katekese panggilan dan jalan-jalan ke arah hidup bakti. Limpahkanlah kebijaksanaan yang dibutuhkan bagi penegasan panggilan, supaya dalam segala sesuatu keagungan belaskasih cinta-Mu bersinar terus menerus. Semoga Maria, Bunda dan Pendamping Yesus, menjadi pengantara setiap jemaat Kristiani, sehingga menghasilkan buah dari Roh Kudus, sehingga menjadi sumber panggilan sejati bagi pelayanan Umat Allah yang kudus.



Vatikan, 29 November 2015

Minggu pertama Adven



Fransiskus 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar