Lukas 11:1-4
Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya." Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."
berdoa merupakan salah satu kegiatan kita sebagai manusia yang beriman. Manusia yang hendak senantiasa terbuka pada kekuatan dan daya ilahi yang mengatasi kekuatan manusiawi kita. Berdoa merupakan salah satu tiang penyangga hidup manusia, untuk memenuhi kebutuhan atau dimensi keilahian manusia. Seperti layaknya bekerja, sebagai tiang penyangga pemenuhan kebutuhan atau dimensi hidup jasmani. Dengan demikian, sebenarnya berdoa merupakan kebutuhan yang tidak bisa tidak, harus juga dilakukan oleh setiap manusia yang hidup dalam keterbatasannya. Apabila manusia tidak berdoa, manusia tidak dapat makanan: tidak dapat memenuhi “sandang, pangan, dan papan” bagi jiwanya. Manusia menjadi miskin dan melarat harta surgawi, seperti juga manusia yang malas-malasan, tidak mau bekerja, juga tidak akan mengalami kesuksesan/keberhasilan.
para murid sungguh menyadari akan apa yang menjadi kebutuhan dasariah manusia, selain bekerja, yaitu berdoa. Di dalam usaha mencapai keberhasilan berdoa, para murid pun menyadari bahwa memerlukan bantuan. Dan bantuan itu tidak lain, tidak bukan hanyalah berasal dari Tuhan sendiri. Bantuan untuk menolong jiwanya agar mengalami keberhasilan/kesuksesan hidup, yaitu hidup yang kekal, kebahagiaan abadi. Oleh karena itu, para murid dengan tepat dan benar, memohon kepada Yesus untuk mengajar mereka bagaimana berdoa.
Dalam injil, Yesus pun dengan cepat menanggapi permintaan para murid, tanpa banyak tuntutan. Artinya, Yesus pun sungguh menyadari dan tentu juga bangga kepada para murid yang sadar akan kebutuhan dasariah hidupnya. Sehingga, Yesus segera mengajar dan sekaligus memberi contoh “rumusan” doa. “apabila kamu berdoa, katakanlah…………”
pertama-tama, Yesus mengajar berdoa kepada Allah sebagai Bapa. Bapa yang tentu lain dengan bapak kita baik dalam hubungan darah maupun juga dalam sifat dan tingkah lakunya. Bapa yang diperkenalkan Yesus untuk kita sapa dalam doa-doa kita adalah bapa yang maha baik dengan segala kemurahan dan belaskasihnya yang luar biasa. Kita boleh mengingat bagaimana gambaran bapa yang diceritakan Yesus lewat perumpamaan dalam Luk bab 15. Bapa yang hendaknya kita sapa dalam doa-doa kita, adalah bapa yang tetap dalam kasihsetianya, tetap dalam kemurahannya, dan tetap dalam belaskasihnya. Bapa yang kekal.
Oleh karena itu, Allah sebagai Bapa diajarkan oleh Yesus untuk senantiasa diistimewakan, senantiasa dikhususkan oleh para murid ….dikuduskanlah nama-Mu. Ketika manusia mengistimewakan, mengkhususkan Allah dalam hidupnya, akan senatiasa terasa kerinduan manusia akan Allah sebagai Bapa yang baik, murah hati, penuh belaskasih dan cinta. Sifat Allah yang adalah Bapa yang melindungi, penuh dalam kemurahan, belaskasih dan cinta diajarkan oleh Yesus untuk senantiasa diharapkan kehadirannya, datanglah kerajaan-Mu. Agar yang dialami oleh para murid dan juga tentu kita, seperti layaknya disurga….hanyalah kebahagiaan dan kegembiraan yang senantiasa bertahta di dalam seluruh diri kita, meskipun hidup penuh perjuangan, beban dan tanggungjawab serta tuntutan duniawi. Bapa yang diajarkan Yesus dalam doa, menjadi sumber permohonan: datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, berikanlah kami setiap hari rejeki, ampunilah kesalahan kami, janganlah membawa kami……
melalui injilnya, Lukas mengingatkan kita dalam hal berdoa. Pertama, sebagai murid-murid Tuhan Yesus, kita diajar berdoa dengan menyebut Allah sebagai Bapa. Di dalam doa-doa kita, sebutlah Allah dengan nama Bapa. Kedua, kita juga diajar untuk mengistimewakan Allah di dalam hidup kita, tentu saja melalui doa-doa kita dan juga pertimbangan sikap hidup kita. Menguduskan nama-Nya berarti, kita menjadikan Allah Bapa sebagai yang teristimewa, terkhusus di dalam hidup kita. Dengan demikian sekaligus, kita menomorsatukan Allah dalam hidupkita, dan dengan demikian, harus disadari menomorsatukan Allah berarti juga menomorsatukan kehidupan ilahi…atau hidup dituntun oleh daya ilahi (Roh Kudus). Ketiga, dengan tuntunan hidup ilahi, kita semakin rindu untuk mengalami kepenuhan hidup, “makanan yang secukupnya” untuk dapat mengampuni, untuk menghindari dosa, untuk bebas dari pencobaan, lepas dari yang jahat, dan siap sedia menantikan kerajaan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar