Rabu, 18 Mei 2011

PEDOMAN PERAYAAN EKARISTI

Berdasarkan Pedoman Umum Misale Romawi 2000

Susunan Umum Misa
27. Dalam Misa atau "Perjamuan malam Tuhan", umat Allah dihimpun di bawah pimpinan imam yang bertindak selaku pribadi Kristus. Mereka dihimpun untuk mengenang Tuhan atau merayakan kurban Ekaristi. Mengenai himpunan umat seperti itulah janji Kristus pertama-tama berlaku, "Di mana dua atau tiga orang berhimpun dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka" (Mat 18:20). Sebab di dalam perayaan Misa kurban salib dilestarikan; di situ Kristus benar-benar hadir, baik dalam jemaat yang berhimpun dalam nama-Nya, dalam pribadi pelayan ibadat, dan dalam sabda-Nya, maupun secara hakiki dan lestari dalam rupa roti dan anggur ekaristis.
28. Misa terdiri atas dua bagian, yakni Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Keduanya berhubungan begitu erat satu sama lain, sehingga merupakan satu tindak ibadat. Sebab dalam Misa Sabda Allah dihidangkan untuk menjadi pengajaran bagi orang-orang beriman, dan Tubuh Kristus dihidangkan untuk menjadi makanan bagi mereka. Di samping itu, ada Ritus Pembuka dan Ritus Penutup.
A. Ritus Pembuka
46. Ritus Pembuka meliputi bagian-bagian yang mendahului Liturgi Sabda, yaitu perarakan masuk, salam, kata pengantar, pernyataan tobat, Tuhan Kasihanilah, Kemuliaan, dan doa pembuka; semua bagian ini memiliki ciri khas sebagai pembuka, pengantar, dan persiapan.
Tujuan semua bagian itu ialah mempersatukan umat yang berhimpun dan mempersiapkan mereka, supaya dapat mendengarkan sabda Allah dengan penuh perhatian dan merayakan Ekaristi dengan layak. Seturut kaidah buku-buku liturgis, Ritus Pembuka dihilangkan atau dilaksanakan secara khusus, kalau Misa didahului perayaan lain.
Perarakan Masuk- Nyanyian Pembuka
47. Setelah umat berkumpul, imam bersama dengan diakon dan para pelayan berarak menuju altar. Sementara itu dimulai nyanyian pembuka. Tujuan nyanyian tersebut ialah: membuka Misa, membina kesatuan umat yang berhimpun, mengantar masuk ke dalam misteri masa liturgi atau pesta yang dirayakan, dan mengiringi perarakan imam beserta pembantu-pembantunya.
48. Nyanyian pembuka dibawakan silih-berganti oleh paduan suara dan umat atau bersama-sama oleh penyanyi dan umat. Dapat juga dilagukan seluruhnya oleh umat atau oleh paduan suara saja. Nyanyian tersebut dapat berupa mazmur dengan antifonnya yang diambil dari Graduale Romanum atau dari Graduale Simplex. Tetapi boleh juga digunakan nyanyian lain yang sesuai dengan sifat perayaan, sifat pesta, dan suasana masa liturgi, asal teksnya disahkan oleh Konferensi Uskup. Bila tidak ada nyanyian pembuka, maka antifon pembuka yang terdapat dalam Misale dibawakan oleh seluruh umat bersama-sama atau oleh beberapa orang dari mereka, ataupun oleh seorang pembaca. Dapat juga imam sendiri membacakannya sesudah salam; bahkan imam boleh menggubah antifon pembuka menjadi kata pengantar (bdk. no. 31).
Penghormatan Altar, Tanda Salib dan Salam kepada Umat
49. Setibanya di panti imam, imam, diakon, dan para pelayan menghormati altar dengan membungkuk khidmat. Kemudian, sebagai tanda penghormatan, imam dan diakon mencium altar; sesuai dengan tingkat perayaan, imam dapat juga mendupai salib dan altar.
50. Seusai nyanyian pembuka, imam, sambil berdiri di depan tempat duduk, bersama-sama dengan seluruh umat membuat tanda salib. Kemudian imam menyampaikan salam kepada umat untuk menunjukkan bahwa Tuhan hadir di tengah-tengah mereka. Salam tersebut dengan jawaban dari pihak umat memperlihatkan misteri Gereja yang sedang berkumpul. Setelah imam menyampaikan salam kepada umat, imam, atau diakon, atau pelayan lain dapat memberikan pengantar sangat singkat kepada umat tentang Misa yang akan dirayakan.
Pernyataan Tobat
51. Kemudian, imam mengajak umat untuk menyatakan tobat. Sesudah hening sejenak, seluruh umat menyatakan tobat dengan rumus pengakuan umum. Sesudah itu, imam memberikan absolusi. Tetapi absolusi ini tidak memiliki kuasa pengampunan seperti absolusi dalam Sakramen Tobat. Pada hari minggu, khususnya selama Masa Paskah, pernyataan tobat dapat diganti dengan pemberkatan dan perecikan dengan air suci untuk mengenang pembaptisan.
Tuhan Kasihanilah
52. Pernyataan tobat selalu disambung dengan Tuhan Kasihanilah, kecuali kalau seruan Tuhan Kasihanilah telah tercantum dalam pernyataan tobat. Sifat Tuhan Kasihanilah ialah berseru kepada Tuhan dan memohon belaskasihan-Nya. Oleh karena itu, Tuhan Kasihanilah biasanya dilagukan oleh seluruh umat, artinya: silih-berganti oleh umat dan paduan suara atau solis. Pada umumnya, masing-masing seruan Tuhan Kasihanilah diulang satu kali. Akan tetapi, berhubung dengan bahasa setempat, dengan lagu ataupun sifat pesta, Tuhan Kasihanilah itu boleh diulang-ulang lebih banyak. Kalau Tuhan Kasihanilah dibawakan sebagai bagian pernyataan tobat, setiap aklamasi didahului ayat yang sesuai.
Kemuliaan
53. Kemuliaan adalah madah yang sangat dihormati dari zaman kristen kuno. Lewat madah ini Gereja yang berkumpul atas dorongan Roh Kudus memuji Allah Bapa dan Anakdomba Allah, serta memohon belaskasihan-Nya. Teks madah ini tidak boleh diganti dengan teks lain. Kemuliaan dibuka oleh imam atau, lebih cocok, oleh solis atau oleh kor, kemudian dilanjutkan oleh seluruh umat bersama-sama, atau oleh umat dan paduan suara bersahut-sahutan, atau hanya oleh kor. Kalau tidak dilagukan, madah Kemuliaan dilafalkan oleh seluruh umat bersama-sama atau oleh dua kelompok umat secara bersahut-sahutan. Kemuliaan dilagukan atau diucapkan pada hari-hari raya dan pesta, pada perayaan-perayaan meriah, dan pada hari Minggu di luar Masa Adven dan Prapaskah.
Doa Pembuka
54. [sesudah kemuliaan], imam mengajak umat untuk berdoa. Lalu semua yang hadir bersama dengan imam hening sejenak untuk menyadari kehadiran Tuhan, dan dalam hati mengungkapkan doanya masing-masing. Kemudian, imam membawakan doa pembuka yang lazim disebut "collecta", yang mengungkapkan inti perayaan liturgi hari yang bersangkutan. Selaras dengan tradisi tua Gereja, doa pembuka diarahkan kepada Allah Bapa, dengan pengantaraan Putra, dalam Roh Kudus, dan diakhiri dengan penutup trinitaris atau penutup panjang sebagai berikut:
Kalau doa diarahkan kepada Bapa:
Dengan pengantaraan Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa.
Kalau doa diarahkan kepada Bapa, tetapi pada akhir doa disebut juga Putra:
Sebab Dialah Tuhan, pengantara kami, yang bersama dengan Dikau, dalam persatuan Roh Kudus,
hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa.
Kalau doa diarahkan kepada Putra:
Sebab Engkaulah Tuhan, pengantara kami, yang bersama dengan Bapa, dalam persatuan Roh Kudus,
hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa.
Umat memadukan hati dalam doa pembuka, dan menjadikannya doa mereka sendiri dengan aklamasi: Amin. Dalam setiap Misa hanya ada satu doa pembuka.
B. Liturgi Sabda
Pewartaan dan Penjabaran Sabda Allah
29. Bila Alkitab dibacakan dalam gereja, Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya, dan Kristus sendiri mewartakan kabar gembira, sebab Ia hadir dalam sabda itu. Oleh karena itu, pembacaan Sabda Allah merupakan unsur yang sangat penting dalam liturgi. Umat wajib mendengarkannya dengan penuh hormat. Memang, Sabda Allah ditujukan kepada semua orang dari segala zaman dan dapat mereka pahami. Namun sabda itu akan dipahami secara lebih penuh dan lebih berhasil guna bila dijabarkan secara konkret. Ini dilakukan dalam homili, yang merupakan bagian dari perayaan liturgis.
55. Bacaan-bacaan dari Alkitab dan nyanyian-nyanyian tanggapannya merupakan bagian pokok dari Liturgi Sabda, sedangkan homili, syahadat, dan doa umat memperdalam Liturgi Sabda dan menutupnya. Sebab dalam bacaan, yang diuraikan dalam homili, Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya. Di situ Allah menyingkapkan misteri penebusan dan keselamatan serta memberikan makanan rohani. Lewat sabda-Nya, Kristus sendiri hadir di tengah-tengah umat beriman. Sabda Allah itu diresapkan oleh umat dalam keheningan dan nyanyian, dan diimani dalam syahadat. Setelah dikuatkan dengan sabda, umat memanjatkan permohonan-permohonan dalam doa umat untuk keperluan seluruh Gereja dan keselamatan seluruh dunia.
Bacaan I – II – Saat Hening
56. Liturgi Sabda haruslah dilaksanakan sedemikian rupa sehingga mendorong umat untuk merenung. Oleh karena itu, setiap bentuk ketergesa-gesaan yang dapat mengganggu permenungan harus sungguh dihindari. Selama Liturgi Sabda, sangat cocok disisipkan saat hening sejenak, tergantung pada besarnya jemaat yang berhimpun. Saat hening ini merupakan kesempatan bagi umat untuk meresapkan sabda Allah, dengan dukungan Roh Kudus, dan untuk menyiapkan jawaban dalam bentuk doa. Saat hening sangat tepat dilaksanakan sesudah bacaan pertama, sesudah bacaan kedua, dan sesudah homili.
57. Dalam bacaan-bacaan dari Alkitab, sabda Allah dihidangkan kepada umat beriman, dan khazanah harta Alkitab dibuka bagi mereka. Maka, kaidah penataan bacaan Alkitab hendaknya dipatuhi, agar tampak jelas kesatuan Perjanjian Lama – Perjanjian Baru dengan sejarah keselamatan. Tidak diizinkan mengganti bacaan dan mazmur tanggapan, yang berisi sabda Allah, dengan teks-teks lain yang bukan dari Alkitab.
58. Dalam Misa umat, bacaan-bacaan selalu dimaklumkan dari mimbar.
Mazmur Tanggapan
61. Sesudah bacaan pertama menyusul mazmur tanggapan, yang merupakan unsur pokok dalam Liturgi Sabda. Mazmur tanggapan memiliki makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas sabda Allah.
Mazmur tanggapan hendaknya sesuai dengan bacaan yang bersangkutan, dan biasanya diambil dari Buku Bacaan Misa (Lectionarium). Dianjurkan bahwa mazmur tanggapan dilagukan, sekurang-kurangnya bagian ulangan yang dibawakan oleh umat. Pemazmur melagukan ayat-ayat mazmur dari mimbar atau tempat lain yang cocok. Seluruh jemaat tetap duduk dan mendengarkan; dan sesuai ketentuan, umat ambil bagian dengan melagukan ulangan, kecuali kalau seluruh mazmur dilagukan sebagai satu nyanyian utuh tanpa ulangan. Akan tetapi, untuk memudahkan umat berpartisipasi dalam mazmur tanggapan, disediakan juga sejumlah mazmur dengan ulangan yang dapat dipakai pada masa liturgi atau pesta orang kudus. Bila dilagukan, mazmur tersebut dapat dipergunakan sebagai pengganti teks yang tersedia dalam Buku Bacaan Misa (Lectionarium).
Kalau tidak dilagukan, hendaknya mazmur tanggapan didaras sedemikian rupa sehingga membantu permenungan sabda Allah.
Mazmur yang ditentukan dalam Buku Bacaan Misa dapat juga diganti dengan mazmur berikut: graduale yang diambil dari buku Graduale Romanum, atau mazmur tanggapan atau mazmur alleluya yang diambil dari buku Graduale Simplex dalam bentuk seperti yang tersaji dalam buku-buku tersebut.


Bait Pengantar Injil
62. [sebelum injil], dilagukan bait pengantar Injil, dengan atau tanpa alleluya, seturut ketentuan rubrik, dan sesuai dengan masa liturgi yang sedang berlangsung. Aklamasi ini merupakan ritus atau kegiatan tersendiri. Dengan aklamasi ini jemaat beriman menyambut dan menyapa Tuhan yang siap bersabda kepada mereka dalam Injil, dan sekaligus menyatakan iman. Seluruh jemaat berdiri dan melagukan bait pengantar Injil, dipandu oleh paduan suara atau solis.
a. Di luar Masa Prapaskah, dilagukan bait pengantar Injil dengan alleluya. Ayat-ayat diambil dari Buku Bacaan Misa atau dari buku Graduale.
b. Dalam Masa Prapaskah, dilagukan bait pengantar Injil tanpa alleluya sebagaimana ditentukan dalam Buku Bacaan Misa. Dapat juga dilagukan mazmur lain atau tractus sebagaimana tersaji dalam Graduale.
63. Jika sebelum Injil hanya ada satu bacaan, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut:
a. Di luar Masa Prapaskah, sesudah bacaan pertama dapat dilagukan nyanyian mazmur alleluya atau mazmur tanggapan disusul bait pengantar Injil dengan alleluya.
b. Dalam Masa Prapaskah, sesudah bacaan pertama dapat dilagukan mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil tanpa alleluya atau mazmur tanggapan saja.
c. Kalau tidak dilagukan, bait pengantar Injil dengan atau tanpa alleluya dapat dihilangkan.
64. Sekuensia dilagukan sesudah alleluya. Madah ini fakultatif, kecuali pada Hari Minggu Paskah dan Pentakosta.
Bacaan Injil
59. Menurut tradisi, pembacaan itu bukanlah tugas pemimpin perayaan, melainkan tugas pelayan yang terkait. Oleh karena itu, bacaan-bacaan hendaknya dibawakan oleh lektor, sedangkan Injil dimaklumkan oleh diakon atau imam lain yang tidak memimpin perayaan. Akan tetapi, kalau tidak ada diakon atau imam lain, maka Injil dimaklumkan oleh imam selebran sendiri. Juga kalau lektor tidak hadir, bacaan-bacaan sebelum Injil pun dapat dibawakan oleh imam selebran sendiri. Sesudah setiap bacaan, petugas, siapapun dia, melagukan atau melafalkan aklamasi yang ditanggapi oleh jemaat. Dengan tanggapan itu, jemaat menghormati sabda Allah yang telah mereka sambut dengan penuh iman dan rasa syukur.
60. Pembacaan Injil merupakan puncak Liturgi Sabda. Liturgi sendiri mengajarkan bahwa pemakluman Injil harus dilaksanakan dengan cara yang sangat hormat. Ini jelas dari aturan liturgi, sebab bacaan Injil lebih mulia daripada bacaan-bacaan lain. Penghormatan itu diungkapkan sebagai berikut: (1) diakon yang ditugaskan memaklumkan Injil mempersiapkan diri dengan berdoa atau minta berkat kepada imam selebran; (2) umat beriman, lewat aklamasi-aklamasi, mengakui dan mengimani kehadiran Kristus yang bersabda kepada umat dalam pembacaan Injil; selain itu umat berdiri selama mendengarkan Injil; (3) Kitab Injil sendiri diberi penghormatan yang sangat khusus.
Homili
29. Bila Alkitab dibacakan dalam gereja, Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya, dan Kristus sendiri mewartakan kabar gembira, sebab Ia hadir dalam sabda itu. Oleh karena itu, pembacaan Sabda Allah merupakan unsur yang sangat penting dalam liturgi. Umat wajib mendengarkannya dengan penuh hormat. Memang, Sabda Allah ditujukan kepada semua orang dari segala zaman dan dapat mereka pahami. Namun sabda itu akan dipahami secara lebih penuh dan lebih berhasil guna bila dijabarkan secara konkret. Ini dilakukan dalam homili, yang merupakan bagian dari perayaan liturgis.
65. Homili merupakan bagian liturgi dan sangat dianjurkan, sebab homili itu penting untuk memupuk semangat hidup kristen. Homili itu haruslah merupakan penjelasan tentang bacaan dari Alkitab, ataupun penjelasan tentang teks lain yang diambil dari ordinarium atau proprium Misa hari itu, yang bertalian dengan misteri yang dirayakan, atau yang bersangkutan dengan keperluan khusus umat yang hadir.
66. Pada umumnya yang memberikan homili ialah imam pemimpin perayaan. Ia dapat menyerahkan tugas ini kepada salah seorang imam konselebran, atau kadang-kadang, tergantung situasi, kepada diakon, tetapi tidak pernah kepada seorang awam. Dalam kesempatan-kesempatan tertentu atau karena alasan khusus, tugas homili bahkan dapat diberikan kepada seorang uskup atau imam yang hadir dalam perayaan Ekaristi tetapi tidak ikut berkonselebrasi.
Pada hari Minggu dan pesta-pesta wajib homili harus diadakan dalam semua Misa yang dihadiri oleh umat, dan hanya boleh ditiadakan kalau ada alasan berat. Sangat dianjurkan, supaya homili juga diberikan pada hari-hari lain, terutama pada hari-hari biasa dalam Masa Adven, Prapaskah, dan Paskah. Begitu pula pada pesta dan kesempatan-kesempatan lainnya yang dirayakan dengan dihadiri oleh banyak umat. Sangat tepat kalau sesudah homili diadakan saat hening sejenak.
Pernyataan Iman
67. Maksud pernyataan iman atau syahadat dalam perayaan Ekaristi ialah agar seluruh umat yang berhimpun dapat menanggapi sabda Allah yang dimaklumkan dari Alkitab dan dijelaskan dalam homili. Dengan melafalkan kebenaran-kebenaran iman lewat rumus yang disahkan untuk penggunaan liturgis, umat mengingat kembali dan mengakui pokok-pokok misteri iman sebelum mereka merayakannya dalam Liturgi Ekaristi.
68. Pernyataan iman tersebut dilagukan atau diucapkan oleh imam bersama dengan umat pada hari Minggu dan hari raya. Syahadat dapat diucapkan juga pada perayaan-perayaan khusus yang meriah.
Kalau dilagukan, syahadat diangkat oleh imam atau, lebih serasi, oleh solis atau kor. Selanjutnya syahadat dilagukan entah oleh seluruh jemaat bersama-sama, entah silih berganti antara umat dan kor. Kalau tidak dilagukan, syahadat dibuka oleh imam, selanjutnya didaras oleh seluruh jemaat bersama-sama atau silih berganti antara dua kelompok jemaat.
Doa Umat
69. Dalam doa umat, jemaat menanggapi sabda Allah yang telah mereka terima dengan penuh iman. Lewat doa umat ini mereka memohon keselamatan semua orang, dan dengan demikian mengamalkan tugas imamat yang mereka peroleh dalam pembaptisan. Sungguh baik kalau dalam setiap Misa umat dipanjatkan permohonan-permohonan untuk kepentingan Gereja kudus, untuk para pejabat pemerintah, untuk orang-orang yang sedang menderita, untuk semua orang, dan untuk keselamatan seluruh dunia.
70. Pada umumnya urutan ujud-ujud dalam doa umat ialah sebagai berikut:
a. untuk keperluan Gereja;
b. untuk para penguasa negara dan keselamatan seluruh dunia;
c. untuk orang-orang yang sedang menderita karena berbagai kesulitan;
d. untuk umat setempat.
Akan tetapi, pada perayaan khusus seperti misalnya pada perayaan Sakramen Krisma, pernikahan, atau pemakaman, ujud-ujud dapat lebih dikaitkan dengan peristiwa khusus tersebut.
71. Imam selebranlah yang memimpin doa umat dari tempat duduknya. Secara singkat ia sendiri membukanya dengan mengajak umat berdoa, dan menutupnya dengan doa. Ujud-ujud yang dimaklumkan hendaknya dipertimbangkan dengan matang, digubah secara bebas tetapi sungguh cermat, singkat, dan mengungkapkan doa seluruh jemaat.
Menurut ketentuan, ujud-ujud doa umat dibawakan dari mimbar atau tempat lain yang serasi, entah oleh diakon, solis, lektor, entah oleh seorang beriman awam lainnya.
Selama doa umat, jemaat berdiri dan mengungkapkan doa mereka entah lewat permohonan yang diserukan bersama-sama sesudah tiap-tiap ujud, entah dengan berdoa dalam hati.

C. Liturgi Ekaristi
28. Misa terdiri atas dua bagian, yakni Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Keduanya berhubungan begitu erat satu sama lain, sehingga merupakan satu tindak ibadat. Sebab dalam Misa Sabda Allah dihidangkan untuk menjadi pengajaran bagi orang-orang beriman, dan Tubuh Kristus dihidangkan untuk menjadi makanan bagi mereka. Di samping itu, ada Ritus Pembuka dan Ritus Penutup.
72. Dalam perjamuan malam terakhir, Kristus menetapkan kurban dan perjamuan Paskah yang terus-menerus menghadirkan kurban salib dalam Gereja. Hal ini terjadi setiap kali imam, atas nama Kristus Tuhan, melakukan perayaan yang sama seperti yang dilakukan oleh Tuhan sendiri dan Dia wariskan kepada murid-murid-Nya sebagai kenangan akan Dia.
Dalam perjamuan itu, Kristus mengambil roti dan piala berisi anggur, dan mengucap syukur; Ia memecah-mecah roti, dan memberikan roti serta anggur kepada murid-murid-Nya seraya berkata, "Terimalah ini, makanlah dan minumlah; inilah Tubuh-Ku; inilah piala Darah-Ku. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku." Oleh karena itu, Liturgi Ekaristi disusun oleh Gereja sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan kata-kata dan tindakan Kristus tersebut:
1. Waktu persiapan persembahan, roti dan anggur serta air dibawa ke altar; itulah bahan-bahan yang sama yang juga digunakan Kristus.
2. Dalam Doa Syukur Agung dilambungkan syukur kepada Allah Bapa atas seluruh karya penyelamatan, dan kepada-Nya dipersembahkan roti dan anggur yang menjadi Tubuh dan Darah Kristus.
3. Melalui pemecahan roti dan komuni, umat beriman, meskipun banyak, disatukan karena menyambut Tubuh dan Darah Kristus yang satu, sama seperti dahulu para rasul menerimanya dari tangan Kristus sendiri.

Persiapan Persembahan
73. Pada awal Liturgi Ekaristi, bahan persembahan, yang nantinya menjadi Tubuh dan Darah Kristus, dibawa ke altar.
Pertama-tama disiapkan altar atau meja Tuhan, yang merupakan pusat seluruh Liturgi Ekaristi. Pada altar ditata korporale, purifikatorium, Misale, dan piala, kecuali kalau piala disiapkan di meja-samping.
Lalu bahan persembahan dibawa ke altar. Alangkah baiknya kalau umatlah yang membawa roti dan anggur, lalu diterima oleh imam atau diakon dan diletakkan di atas altar. Meskipun sekarang roti dan anggur tidak disediakan sendiri oleh umat seperti pada zaman dulu, namun ritus mengantar persembahan ini tetap mengandung arti dan nilai rohani yang sama.
Pada saat ini diterima juga uang atau bahan persembahan lain untuk orang miskin atau untuk Gereja, yang diantar oleh umat beriman atau yang dikumpulkan di dalam gereja. Semua ini tidak diletakkan di atas altar, melainkan di suatu tempat lain yang pantas.
74. Perarakan mengantar bahan persembahan ke altar sebaiknya diiringi dengan nyanyian persiapan persembahan (bdk. no. 37, b). Nyanyian itu berlangsung sekurang-kurangnya sampai bahan persembahan tertata di atas altar. Untuk nyanyian persiapan persembahan berlaku petunjuk yang sama seperti nyanyian pembuka, (bdk. no. 48) di atas. Kalau tidak ada perarakan persembahan, tidak perlu ada nyanyian.
75. Roti dan anggur disiapkan di altar oleh imam sambil mengucapkan rumus-rumus yang telah ditentukan. Imam dapat mendupai bahan persembahan yang telah disiapkan di atas altar; kemudian imam juga mendupai salib dan altar sendiri. Pendupaan itu melambangkan persembahan dan doa Gereja yang naik ke hadirat Allah seperti kepulan asap dupa. Sesudah itu, imam dan umat pun dapat didupai oleh diakon atau pelayan lain; imam didupai karena pelayanan kudus yang ia sandang, umat didupai karena martabat luhur yang mereka peroleh lewat pembaptisan.
76. Setelah itu imam membasuh tangannya di sisi altar. Ritus ini melambangkan bahwa ia menginginkan hati yang bersih.
Doa Persiapan Persembahan
77. Bila bahan persembahan itu sudah ditata di altar dan semua acara yang mengiringinya sudah dilaksanakan, maka imam mengundang jemaat berdoa. Lalu bagian persiapan diakhiri oleh imam dengan doa persiapan persembahan yang sekaligus mengantar kepada Doa Syukur Agung.
Dalam Misa hanya ada satu doa persiapan persembahan. Doa persiapan persembahan selalu diakhiri dengan penutup singkat, yaitu:
Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
Kalau Putra disebut pada akhir doa:
Yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa.
Doa Syukur Agung(1)
30. Di antara doa-doa yang dibawakan oleh imam, Doa Syukur Agung menduduki tempat utama. Doa itu merupakan puncak seluruh ibadat. Di samping itu, ada doa pembuka, doa persiapan persembahan, dan doa komuni. Doa-doa itu disampaikan oleh imam kepada Allah atas nama seluruh umat kudus dan semua yang hadir, dan melalui dia Kristus sendiri memimpin himpunan umat. Oleh karena itu, doa-doa tersebut disebut "doa presidensial" (doa pemimpin).
78. Pusat dan puncak seluruh perayaan sekarang dimulai, yakni Doa Syukur Agung, suatu doa syukur dan pengudusan. Imam mengajak jemaat untuk mengarahkan hati kepada Tuhan dengan berdoa dan bersyukur. Dengan demikian seluruh umat yang hadir diikutsertakan dalam doa ini. Ini disampaikan oleh imam atas nama umat kepada Allah Bapa, dalam Roh Kudus, dengan pengantaraan Yesus Kristus. Adapun maksud doa ini ialah agar seluruh umat beriman menggabungkan diri dengan Kristus dalam memuji karya Allah yang agung dan dalam mempersembahkan kurban.
147. Kemudian imam membuka Doa Syukur Agung. Sesuai petunjuk rubrik, imam memilih salah satu Doa Syukur Agung yang terdapat dalam Misale Romawi, atau yang disahkan oleh Takhta Suci. Sedari hakikatnya, Doa Syukur Agung dibawakan hanya oleh imam, berkat kuasa tahbisan yang ia terima. Umat memadukan diri dengan imam lewat iman dan doa batin, serta lewat bagian-bagian Doa Syukur Agung yang ditentukan bagi mereka. Bagian-bagian ini meliputi jawaban-jawaban dalam dialog pembuka prefasi, Kudus, aklamasi anamnesis, aklamasi Amin meriah pada akhir doksologi penutup; juga lewat aklamasi-aklamasi lain yang disahkan oleh Konferensi Uskup dan diketahui oleh Takhta Suci.
Sangatlah tepat kalau imam melagukan bagian-bagian Doa Syukur Agung yang dilengkapi dengan lagu.
DSA(2): Dialog Pembuka – Prefasi
148. Sambil membuka tangan imam memulai Doa Syukur Agung dengan bernyanyi atau berkata: Tuhan sertamu. Umat menjawab: Dan sertamu juga. Selanjutnya, waktu mengucapkan Arahkanlah hatimu ..... imam mengangkat tangan. Umat menjawab: Sudah kami arahkan. Kemudian, sambil merentangkan tangan, imam melanjutkan: Marilah bersyukur…. Umat menjawab: Sudah layak dan sepantasnya. Kemudian, sambil tetap merentangkan tangan imam membawakan prefasi. Pada akhir prefasi imam mengatupkan tangan, lalu bersama dengan semua yang hadir melagukan atau mengucapkan Sanctus (Kudus) (bdk. no. 79b).
216. Prefasi dilagukan atau diucapkan hanya oleh selebran utama. Kudus dilagukan atau diucapkan oleh semua imam konselebran, bersama dengan umat dan paduan suara.
79. (a.) Ucapan syukur, terutama dinyatakan dalam prefasi. Atas nama seluruh jemaat, imam memuji Allah Bapa dan bersyukur kepada-Nya atas seluruh karya penyelamatan atau atas alasan tertentu. Pada pesta atau masa liturgi tertentu salah satu segi dalam karya penyelamatan itu dapat lebih ditonjolkan.


DSA(3): Kudus
148. […]Pada akhir prefasi imam mengatupkan tangan, lalu bersama dengan semua yang hadir melagukan atau mengucapkan Sanctus (Kudus) (bdk. no. 79b).
79.(b.) Aklamasi. Seluruh jemaat, berpadu dengan para penghuni surga, melagukan Kudus. Sebagai bagian utuh dari Doa Syukur Agung, aklamasi ini dilambungkan oleh seluruh jemaat bersama imam.
216. Prefasi dilagukan atau diucapkan hanya oleh selebran utama. Kudus dilagukan atau diucapkan oleh semua imam konselebran, bersama dengan umat dan paduan suara.
DSA(4): Epiklesis (I-II)
79.(c.) Epiklesis. Dalam doa-doa khusus ini Gereja memohon kuasa Roh Kudus, dan berdoa supaya bahan persembahan yang disampaikan oleh umat dikuduskan menjadi Tubuh dan Darah Kristus; juga supaya kurban murni itu menjadi sumber keselamatan bagi mereka yang akan menyambutnya dalam komuni.
DSA(5): Kisah Institusi
79.(d.) Kisah Institusi dan konsekrasi. Dalam bagian ini kata-kata dan tindakan Kristus sendiri diulangi, dan dengan demikian dilangsungkan kurban yang diadakan oleh Kristus sendiri dalam perjamuan malam terakhir. Di situ Kristus mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya dalam rupa roti dan anggur, dan memberikannya kepada para rasul untuk dimakan dan diminum, lalu mengamanatkan kepada mereka supaya merayakan misteri itu terus-menerus.
150. Bila dianggap perlu, sesaat sebelum konsekrasi, putra altar dapat membunyikan bel sebagai tanda bagi umat. Demikian pula, sesuai dengan kebiasaan setempat, pelayan dapat membunyikan bel pada saat hosti dan piala diperlihatkan kepada umat sesudah konsekrasi masing-masing.
Kalau dipakai pedupaan, seorang pelayan mendupai roti/piala pada saat diperlihatkan kepada umat sesudah konsekrasi masing-masing.
DSA(6): Aklamasi dan Doa Anamnesis
79.(e.) Anamnesis. Dalam bagian ini Gereja memenuhi amanat Kristus Tuhan yang disampaikan melalui para rasul, "Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku!" Maka Gereja mengenangkan Kristus, terutama sengsara-Nya yang menyelamatkan, kebangkitan-Nya yang mulia, dan kenaikan-Nya ke surga.
151. Sesudah konsekrasi, setelah imam berkata Agunglah misteri iman kita, umat melagukan atau melambungkan salah satu aklamasi anamnesis yang dipilih dari rumus-rumus yang tersedia.
DSA(7): Doa Persembahan/Doa Kurban
79.(f.) Persembahan. Dalam perayaan-kenangan ini, Gereja, terutama Gereja yang sekarang sedang berkumpul, mempersembahkan kurban murni kepada Allah Bapa dalam Roh Kudus. Maksud Gereja ialah, supaya dalam mempersembahkan kurban murni ini umat beriman belajar juga mempersembahkan diri sendiri. Maka melalui Kristus, Sang Pengantara, dari hari ke hari umat beriman akan semakin sempurna bersatu dengan Allah dan dengan sesama umat, hingga akhirnya Allah menjadi segala-galanya dalam semua.
DSA(8): Doa Permohonan
g. Permohonan. Dalam permohonan-permohonan ini tampak nyata bahwa Ekaristi dirayakan dalam persekutuan dengan seluruh Gereja, baik yang ada di surga maupun yang ada di bumi; dan juga jelas bahwa kurban Ekaristi diadakan bagi kesejahteraan seluruh Gereja dan semua anggotanya, baik yang hidup maupun yang telah mati, karena semuanya dipanggil untuk mengenyam hasil penebusan dan keselamatan yang diperoleh lewat Tubuh dan Darah Kristus.
DSA(9): Doksologi – Amin
h. Doksologi Penutup. Dalam doksologi ini diungkapkan pujian kepada Allah, yang dikukuhkan dan ditutup oleh jemaat dengan aklamasi Amin agung.
151. [….]Pada akhir Doa Syukur Agung, imam mengambil piala dan patena dengan hosti di atasnya dan mengangkatnya sambil melagukan atau mengucapkan doksologi Dengan pengantaraan Kristus. Umat menanggapi doksologi ini dengan aklamasi Amin. Kemudian imam meletakkan piala dan patena di atas korporale.
Bapa Kami
81. Dalam doa Tuhan, Bapa Kami, umat beriman mohon rezeki sehari-hari. Bagi umat kristen rezeki sehari-hari ini terutama adalah roti Ekaristi. Umat juga memohon pengampunan dosa, supaya anugerah kudus itu diberikan kepada umat yang kudus. Imam mengajak jemaat untuk berdoa, dan seluruh umat beriman membawakan Bapa Kami bersama-sama dengan imam. Kemudian imam sendirian mengucapkan embolisme, yang diakhiri oleh jemaat dengan doksologi. Embolisme itu menguraikan isi permohonan terakhir dalam Bapa Kami dan memohon agar seluruh umat dibebaskan dari segala kejahatan.
Baik ajakan imam dan Bapa Kami, maupun embolisme dan doksologi tersebut dilagukan atau didaras dengan suara yang jelas.
153. Sesudah Bapa Kami, sambil merentangkan tangan, imam membawakan embolisme sendirian. Umat menanggapinya dengan aklamasi Sebab Engkaulah raja…..
Doa Damai – Salam Damai
82. Kemudian diadakan ritus damai. Pada bagian ini Gereja memohon damai dan kesatuan bagi Gereja sendiri dan bagi seluruh umat manusia, sedangkan umat beriman, menyatakan persekutuan jemaat dan cinta kasih satu sama lain sebelum dipersatukan dalam Tubuh Kristus.
Cara memberikan salam-damai ditentukan oleh Konferensi Uskup sesuai dengan kekhasan dan kebiasaan masing-masing bangsa. Akan tetapi, seyogyanya setiap orang memberikan salam-damai hanya kepada orang-orang yang ada di dekatnya dan dengan cara yang pantas.
154. Kemudian, sambil merentangkan tangan, dengan suara lantang imam mengucapkan doa Tuhan Yesus Kristus bersabda .... Sesudah itu, imam menghadap ke arah umat, dan mengucapkan salam-damai: (Semoga) Damai Tuhan..., sambil membuka tangan, lalu mengatupkannya lagi. Umat menjawab: Sekarang dan selama-lamanya. Kemudian, kalau perlu, imam menambahkan: Marilah kita saling menyampaikan salam-damai.
Imam dapat memberikan salam-damai kepada para pelayan, tetapi tidak meninggalkan panti imam, sehingga jalannya perayaan tidak terganggu. Demikian juga kalau, karena alasan yang kuat, ia ingin memberikan salam-damai kepada beberapa anggota jemaat. Pada saat yang sama, sesuai dengan keputusan Konferensi Uskup, semua saling menyatakan salam-damai, persekutuan, dan kasih. Sementara menyampaikan salam-damai, umat berkata Damai Tuhan, dan dijawab Amin.
Pemecahan Roti
83. Imam memecah-mecah roti Ekaristi. Karena tata gerak Kristus dalam perjamuan malam terakhir ini, pada zaman para rasul seluruh perayaan Ekaristi disebut "pemecahan roti". Pemecahan roti menandakan bahwa umat beriman yang banyak itu menjadi satu (1 Kor 10:17) karena menyambut komuni dari roti yang satu, yakni Kristus sendiri, yang wafat dan bangkit demi keselamatan dunia. Pemecahan roti dimulai sesudah salam-damai, dan dilaksanakan dengan khidmat. Ritus ini hendaknya tidak diulur-ulur secara tidak perlu atau dilaksanakan secara serampangan sehingga kehilangan maknanya. Ritus ini dilaksanakan hanya oleh imam dan diakon.
Sementara imam memecah-mecah roti dan memasukkan sepotong kecil dari roti itu ke dalam piala berisi anggur, dilagukan Anakdomba Allah, seturut ketentuan, oleh paduan suara atau solis dengan jawaban oleh umat. Kalau tidak dilagukan, Anakdomba Allah didaras dengan suara lantang. Karena fungsinya mengiringi pemecahan roti, nyanyian ini boleh diulang-ulang seperlunya sampai pemecahan roti selesai. Pengulangan terakhir ditutup dengan seruan: berilah kami damai.
155. Kemudian, imam mengambil hosti kudus, memecah-mecahnya di atas patena, dan memasukkan sepotong kecil ke dalam piala sambil berdoa dalam hati: Semoga Tubuh dan Darah .... Sementara itu, paduan suara dan seluruh umat melagukan Anakdomba Allah (bdk. no, 83).
Komuni(1): Persiapan – Menyambut
84. Imam menyiapkan diri dengan berdoa dalam hati, supaya Tubuh dan Darah Kristus yang ia sambut sungguh membawa buah bagi hidup dan pelayanannya. Hal yang sama dilakukan oleh umat beriman dengan berdoa sendiri-sendiri dalam hati.
Kemudian imam memegang roti Ekaristi di atas patena atau piala dan memperlihatkannya kepada umat serta mengundang mereka untuk ikut makan dalam perjamuan Kristus. Kemudian, imam bersama dengan umat menyatakan ketidakpantasannya dengan kata-kata yang dikutip dari Injil.
85. Sangat dianjurkan, agar umat, sebagaimana diwajibkan untuk imam sendiri, menyambut Tubuh Tuhan dari hosti-hosti yang dikuduskan dalam Misa yang sedang dirayakan. Pada kesempatan-kesempatan tertentu umat hendaknya juga menerima roti dan anggur kudus (bdk. no. 283). Dengan demikian menjadi lebih jelas, bahwa umat berpartisipasi dalam kurban yang sedang dirayakan.
Komuni(2): Nyanyian Komuni
86. Sementara imam menyambut Tubuh dan Darah Kristus, nyanyian komuni dimulai. Maksud nyanyian ini ialah: (1) agar umat yang secara batin bersatu dalam komuni juga menyatakan persatuannya secara lahir dalam nyanyian bersama, (2) menunjukkan kegembiraan hati, dan (3) menggarisbawahi corak “jemaat” dari perarakan komuni. Nyanyian itu berlangsung terus selama umat menyambut, dan berhenti kalau dianggap cukup. Jika sesudah komuni masih ada nyanyian, maka nyanyian komuni harus diakhiri pada waktunya.
Haruslah diupayakan agar para penyanyi pun dapat menyambut komuni dengan tenang.
87. Untuk nyanyian komuni dapat diambil antifon komuni dari Graduale Romanum dengan atau tanpa ayat mazmur; dapat juga diambil antifon komuni beserta ayat-ayat mazmurnya dari Graduale Simplex. Nyanyian lain yang telah disetujui oleh Konferensi Uskup boleh digunakan juga. Nyanyian itu dapat dibawakan oleh paduan suara sendiri, atau oleh paduan suara/solis bersama dengan jemaat.
Kalau tidak ada nyanyian komuni, maka antifon komuni yang terdapat dalam Misale dapat dibacakan oleh umat beriman atau oleh beberapa orang dari mereka, atau oleh lektor. Atau, dapat juga dibacakan oleh imam sendiri sesudah ia menyambut Tubuh dan Darah Kristus, sebelum membagikannya kepada umat beriman.
Komuni(3): Komuni Dua Rupa
14. […], Konsili Vatikan II telah berhasil meninjau kembali penetapan Konsili Trente tentang komuni-dua-rupa. Sebab dewasa ini tidak dipersoalkan lagi ajaran bahwa komuni-roti saja sudah merupakan komuni penuh. Namun Konsili mengizinkan komuni-dua-rupa pada kesempatan-kesempatan tertentu, supaya dengan demikian lambang sakramen menjadi tampak lebih jelas dan misteri Ekaristi dipahami secara lebih mendalam oleh umat beriman yang merayakannya.
281. Sebagai tanda, komuni kudus mempunyai bentuk yang lebih penuh kalau disambut dalam rupa roti dan anggur, sebab komuni-dua-rupa itu melambangkan dengan lebih sempurna perjamuan ekaristis. Juga dinyatakan dengan lebih jelas bahwa perjanjian yang baru dan kekal diikat dalam Darah Tuhan. Kecuali itu, lewat komuni-dua-rupa tampak jelas juga hubungan antara perjamuan ekaristis di dunia dan perjamuan eskatologis dalam kerajaan Bapa.
282. Para gembala umat beriman hendaknya berusaha, agar orang-orang beriman yang menyambut komuni-dua-rupa atau yang tidak menyambut diingatkan akan ajaran katolik tentang komuni kudus, sesuai dengan dokumen Konsili Trente. Terutama hendaknya ditekankan, bahwa baik dalam komuni-roti maupun dalam komuni-anggur seluruh sakramen dan seluruh Kristus disambut seutuhnya. Jadi, orang yang komuni hanya dalam satu rupa, sama sekali tidak dirugikan karena mengira tidak mendapat cukup rahmat yang perlu untuk keselamatan.
Kecuali itu, hendaknya diajarkan, bahwa Gereja mempunyai wewenang untuk mengatur cara merayakan sakramen, asal tidak mengubah hakikat sakramen. Maka, Gereja dapat menetapkan atau mengubah cara perayaan sakramen, sebagaimana dianggap perlu karena tuntutan zaman dan keadaan setempat, dengan maksud agar sakramen dirayakan dengan lebih hormat, dan umat beriman menerimanya dengan manfaat lebih besar. Hendaknya dianjurkan kepada umat beriman yang akan menyambut komuni-dua-rupa, agar mereka lebih ingin dan lebih mantap ikut dalam perayaan itu, sebab dalam perayaan itu dilambangkan dengan lebih sempurna perjamuan Ekaristi.
283. Kecuali dalam hal-hal yang disebut dalam buku-buku rituale, komuni-dua-rupa diizinkan:
a. bagi para imam yang tidak dapat merayakan Misa sendiri atau tidak dapat ikut dalam konselebrasi;
b. bagi para diakon dan para pelayan lain, yang menjalankan tugasnya dalam Misa;
c. bagi para anggota komunitas biara, dalam Misa konventual atau dalam apa yang disebut Misa komunitas; bagi para seminaris, dan semua yang mengikuti retret, pertemuan rohani atau pastoral.
Uskup setempat dapat menentukan kaidah-kaidah komuni-dua-rupa untuk keuskupannya. Kaidah seperti itu harus dipatuhi juga dalam kapel-kapel biara dan dalam perayaan dengan kelompok kecil. Uskup diosesan juga berwenang memberikan izin kepada imam yang memimpin Misa untuk melaksanakan komuni-dua-rupa kalau dianggapnya baik. Ini dapat dilaksanakan asal umat beriman sudah diberi pengarahan dengan baik, dan tidak ada bahaya pencemaran sakramen atau perayaan menjadi kacau balau karena jumlah umat yang terlalu besar atau karena alasan lain.
Akan tetapi, Konferensi Uskup dapat menentukan kaidah tentang tata cara komuni-dua-rupa untuk umat, dan tentang kemungkinan memperluas izin untuk komuni-dua-rupa. Kaidah-kaidah ini dapat dimaklumkan sesudah diketahui oleh Takhta Apostolik.
284. Kalau komuni dilaksanakan dalam dua rupa:
a. seturut ketentuan, piala dilayani oleh diakon atau, kalau tidak ada diakon, oleh seorang imam. Dapat juga piala dilayani oleh akolit yang dilantik secara liturgis atau oleh pelayan komuni tak-lazim. Kalau terpaksa, piala juga dapat dilayani oleh anggota jemaat yang diberi tugas hanya untuk kesempatan yang bersangkutan;
b. seluruh sisa Darah Kristus diminum pada altar oleh imam atau diakon atau akolit yang dilantik yang pada waktu itu melayani piala dan kemudian membersihkan serta mengatur kembali bejana-bejana kudus seperti biasa.
Komuni hendaknya dapat diterimakan hanya dalam wujud roti kepada umat beriman yang barangkali menginginkannya.
285. Yang harus disiapkan untuk komuni-dua-rupa ialah:
a. kalau komuni-anggur dilaksanakan dengan minum langsung dari piala, hendaknya disiapkan beberapa piala atau satu piala yang cukup besar. Tetapi, hendaknya diusahakan jangan sampai Darah Kristus tersisa terlalu banyak;
b. kalau komuni-anggur dilaksanakan dengan mencelupkan hosti ke dalam piala, hendaknya disiapkan hosti-hosti yang tidak terlalu kecil dan tipis, tetapi lebih tebal daripada biasanya, supaya sesudah dicelupkan masih dapat diberikan dengan mudah kepada orang yang menyambut.
286. Kalau Darah Kristus disambut dengan minum dari piala, sesudah menyambut Tubuh Kristus, orang yang menyambut menghadap petugas yang melayani piala, dan berdiri di depannya. Pelayan berkata: Darah Kristus, penyambut menjawab: Amin. Lalu pelayan menyerahkan piala kepada penyambut. Penyambut memegang sendiri piala itu dan minum darinya, lalu mengembalikan piala kepada pelayan. Kemudian, penyambut kembali ke tempat duduk, dan sementara itu pelayan membersihkan bibir piala dengan purifikatorium.
287. Kalau komuni-dua-rupa dilaksanakan dengan mencelupkan hosti ke dalam anggur, tiap penyambut, sambil memegang patena di bawah dagu, menghadap imam yang memegang piala. Di samping imam berdiri pelayan yang memegang bejana kudus berisi hosti. Imam mengambil hosti, mencelupkan sebagian ke dalam piala, memperlihatkannya kepada penyambut sambil berkata: Tubuh dan Darah Kristus. Penyambut menjawab: Amin, lalu menerima hosti dengan mulut, dan kemudian kembali ke tempat duduk.
88. Sesudah pembagian Tubuh dan Darah Kristus selesai, sebaiknya imam dan umat beriman berdoa sejenak dalam keheningan. Dapat juga dilagukan madah syukur atau nyanyian pujian, atau didoakan mazmur, oleh seluruh jemaat.
Komuni(4): Doa Komuni
88. Sesudah pembagian Tubuh dan Darah Kristus selesai, sebaiknya imam dan umat beriman berdoa sejenak dalam keheningan. Dapat juga dilagukan madah syukur atau nyanyian pujian, atau didoakan mazmur, oleh seluruh jemaat.
89. Untuk menyempurnakan permohonan umat Allah, dan sekaligus menutup seluruh ritus komuni, imam memanjatkan doa komuni. Dalam doa ini imam mohon, agar misteri yang sudah dirayakan itu menghasilkan buah.
165. Kemudian, sambil berdiri di depan tempat duduk atau di belakang altar, imam menghadap ke arah umat dan sambil membuka tangan berkata: Marilah kita berdoa, lalu mengatupkan tangan. Semua berdoa sejenak dalam hati, kecuali kalau saat hening sudah dilaksanakan langsung sesudah komuni. Lalu, sambil merentangkan tangan imam mengucapkan doa komuni, dan, pada akhir doa, umat menyerukan aklamasi Amin.
D. Ritus Penutup
90. Ritus Penutup terdiri atas:
a. amanat singkat, kalau diperlukan;
b. salam dan berkat imam, yang pada hari-hari dan kesempatan tertentu disemarakkan dengan berkat meriah atau dengan doa untuk jemaat;
c. pengutusan jemaat oleh diakon atau imam;
d. penghormatan altar: imam dan diakon mencium altar; kemudian mereka bersama para pelayan yang lain membungkuk khidmat ke arah altar.
166. Pengumuman untuk umat, kalau ada, dibacakan sesudah doa komuni.
167. Kemudian, sambil membuka tangan imam memberi salam kepada umat: Tuhan sertamu, dan umat menjawab: Dan sertamu juga. Imam kembali mengatupkan tangan, lalu langsung menempelkan tangan kiri pada dada, mengangkat tangan kanan dan berkata: Semoga saudara sekalian diberkati oleh Allah yang mahakuasa, dan sambil memberkati umat ia meneruskan: Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Umat menjawab: Amin.
Pada hari dan kesempatan tertentu rumus berkat itu didahului oleh rumus berkat meriah atau doa untuk jemaat sebagaimana terdapat dalam Lampiran Misale atau pada rumus Misa yang bersangkutan. Seorang uskup memberkati umat dengan rumus khusus sambil membuat tiga kali tanda salib atas umat.
168. Langsung sesudah berkat, imam mengatupkan tangan dan berkata: Perayaan Ekaristi sudah selesai. Umat menjawab: Syukur kepada Allah. Kemudian, imam melanjutkan: Pergilah! Saudara diutus, dan umat menjawab: Amin.
169. Akhirnya, sesuai ketentuan, imam menghormati altar dengan menciumnya dan, setelah membungkuk khidmat bersama para pelayan awam, ia meninggalkan ruang ibadat.
170. Kalau langsung sesudah Misa diadakan perayaan liturgi lain, maka Ritus Penutup, yaitu salam, berkat, dan pengutusan umat ditiadakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar