BERSAMA KAUM MUDA,
MEMBERDAYAKAN HUBUNGAN ANTAR UMAT BERIMAN
A. Pendahuluan
Gerakan Aksi Puasa Pembangunan Umat Keuskupan Agung Semarang tahun 2008 mendalami tema “Bersama Anak dan Remaja Memberdayakan Lingkungan Hidup”. Berbagai aksi nyata telah dilakukan baik dalam skala kecil maupun skala besar; baik di tingkat keluarga dan lingkungan maupun di tingkat jaringan masyarakat. Misalya, pengolahan sampah, pembuatan pupuk kompos atau pupuk organic, reboisasi lahan/hutan, dll. Bahkan banyak sekolah-sekolah yang menggerakkan anak-anak didiknya untuk melakukan aksi nyata, di samping gerakan solidaritas yang berupa pengumpulan dana sebagai wujud mati raga dan pertobatan. Gema dari gerakan Aksi Puasa Pembangunan tahun 2008 yang berdampak pada pelestarian lingkungan hidup menuju keutuhan ciptaan ini harus tetap dilanjutkan sehingga proses pengembalian keutuhan ciptaan menjadi gerakan yang lestari, kendati kita memasuki masa prapaskah tahun berikutnya. Harapannya adalah kita sebagai manusia menemukan kesejatian hidup dalam keutuhan/kelestarian alam lingkungan.
Upaya perwujudan kesejatian hidup akan terus kita lanjutkan pada masa prapaskah 2009 dalam gerakan Aksi Puasa Pembangunan. Adapun tema gerakan Aksi Puasa Pembangunan 2009 mengacu pada dua hal :
a. Tema Aksi Puasa Pembangunan 2009 Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) yang berlaku secara nasional yakni “Pemberdayaan Hubungan Antarumat Beriman”.
b. Fokus Pastoral Umat Keuskupan Agung Semarang 2009 sesuai dengan Arah Dasar KAS yakni “Melibatkan Kaum Muda dalam Pengembangan Umat.
Atas dasar dua tema tersebut, maka tema APP KAS 2009 dirumuskan sbb. :
BERSAMA KAUM MUDA,
MEMBERDAYAKAN HUBUNGAN ANTAR UMAT BERIMAN
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan tema BERSAMA KAUM MUDA, MEMBERDAYAKAN HUBUNGAN ANTAR UMAT BERIMAN dalam gerakan APP 2009 ini ialah agar umat katolik menyadari tanggung jawabnya untuk membangun kehidupan beriman secara terbuka dalam kerjasama dan dalam kebersamaan dengan umat beriman yang lainnya. Dalam hal ini, kaum muda katolik diharapkan bisa menjadi penggerak atau motor sehingga muncullah generasi muda yang cinta akan kerukunan dan kedamaian demi keutuhan kehidupan berbangsa/bermasyarakat. Gerakan APP sebagai bagian dari pelaksanaan fokus pastoral Keuskupan Agung Semarang 2009 merupakan gerakan yang mengawali tahun pastoral kaum muda. Maka arah gerakan APP lebih pada penyadaran batin dan sikap sebagai spritualitas dasar seluruh gerakan yang akan dibangun selama tahun pastoral 2009 yang memfokuskan pada gerakan melibatkan kaum muda dalam pengembangan umat. Adapun hasil yang diharapkan dari gerakan APP tahun 2009 ini adalah :
1. Umat katolik menyadari perlunya peningkatan wawasan iman secara terus menerus sehingga kehidupan iman umat katolik sungguh-sungguh tampak dalam dialog kehidupan di tengah-tengah pluralisme agama. Yang dimaksud dengan pluralisme adalah suatu kerangka interaksi yg mana setiap kelompok menampilkan rasa hormat dan toleran satu sama lain, berinteraksi tanpa konflik atau asimilasi (pembauran / pembiasan).
2. Umat Katolik membangun habitus baru berupa keterbukaan untuk duduk bersama dan berdialog secara bijak dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial dan menghadapi pesta demokrasi di tingkat daerah maupun tingkat nasional.
3. Umat katolik, khususnya kaum muda, memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial bersama untuk ikut mengatasi konflik sosial berlatarbelakang agama dan masalah kemiskinan masyarakat dengan membangun usaha-usaha kooperatif lintas agama berdasarkan kasih.
4. Umat katolik pada umumnya, dan kaum muda khususnya, semakin teguh imannya melalui pergaulan dengan masyarakat di sekitarnya
C. Latar Belakang
1. Konsili Vatikan II (dalam Dokumen Nostra Aetate artikel 2) mengakui adanya kebenaran/ keselamatan dalam agama-agama non-Kristiani dan tradisi kebudayaan lainnya. “Gereja Katolik tidak menolak apa pun yang benar dan suci dalam agama-agama ini. Ia memandang dengan penghargaan yang jujur, cara tindak dan cara hidup, peraturan dan ajaran itu, yang kendati dalam banyak hal berbeda dengan apa yang dipahami dan dianjurkannya, toh tidak jarang memantulkan cahaya Kebenaran, Yang menerangi semua manusia. Namun tak henti-hentinya Ia mewartakan dan harus mewartakan Kristus, yang adalah ‘jalan, kebenaran dan kehidupan’ dalam Siapa manusia mendapat kepenuhan hidup keagamaan dan dalam Siapa Allah mendamaikan semua dengan diriNya” Itu berarti kita yakin bahwa Allah menghendaki yang baik dengan adanya agama-agama di dunia ini.
2. Dalam Injil Yohanes 17.9-11, Yesus berdoa kepada BapaNya agar semua orang bersatu dan tidak ada seorangpun yang binasa. “Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka. Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita”.
3. Keprihatinannya :
a. Kehidupan sehari-hari di dunia ini sepertinya tidak menggemakan kehidupan keagamaan atau kehidupan religious sebagi manusia yang dipimpin oleh Roh Allah. Agama menjadi formalitas saja, belum sebagai keyakinan yang menggerakkan semua penganutnya untuk berlaku baik. Bisa jadi karena adanya penafsiran-penafsiran ajaran agama secara keliru, sehingga memunculkan tindakan-tindakan atas nama agama (atau bahkan atas nama Allah) tetapi sebenarnya bertentangan dengan hakekat Allah.
b. Dalam berbagai macam agama muncul kelompok-kelompok fundamental garis keras, yang tidak jarang juga melibatkan banyak kaum muda, yang justru menjadi eksklusif-fanatik yang menjurus pada gerakan-gerakan anti agama lain bahkan disertai dengan tindakan-tindakan anarkis
c. Dari sisi lain, karena keterbatasan pengetahuan tentang kekatolikan, kaum muda katolik tidak mampu berdialog dengan aktivis gereja lain; sehingga mengalami kegoncangan iman atau malah pindah ke Gereja lain.
4. Tantangan : perlu upaya-upaya membangun gerakan lintas agama dengan memberdayakan hubungan/dialog antar umat beriman. Dalam hal ini perlu membangun generasi baru yang cinta akan kerukunan dan dialog; terbuka terhadap kebaikan dan kearifan yang dimiliki oleh umat beragama lain. Generasi baru seperti itu adalah milik kaum muda; maka merupakan suatu peluang dan tantangan bagi kaum muda untuk membuka dan menumbuhkan generasi baru itu yang handal dalam iman. Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung Semarang 2006-2010 menegaskan bahwa dalam membangun habitus baru dibutuhkan kerjasama dengan semua orang yang berkendak baik. Itu berarti bahwa umat katolik KAS harus terbuka untuk membangun gerakan lintas agama atau antar umat beriman.
5. Kekuatan : Nilai-nilai agama pada umumnya bersifat universal; sehingga seandainya sesama umat beriman mampu dan mau menghargai kekayaan kebaikan serta kearifan agama lain, tidak mustahil banyak permasalahan sosial ekonomi maupun politik di Negara kita bisa diatasi. Bahkan akan mengikis kerusakan-kerusakan hidup keagamaan yang atas nama agama justru mengasingkan atau menyingkirkan umat beragama lain, atau membatasi perbuatan-perbuatan manusiawinya dalam kelompok seagama, atau juga merongrong agama lain dengan tujuan meng-agamakan orang lain ke dalam agamnya secara “paksa”.
D. Inspirasi dari Kitab Suci
1. Yesus mengutus para murid-Nya untuk pergi ke “seluruh dunia” mewartakan Injil damai sejahtera, supaya seluruh dunia mengenyam kasih, keadilan dan damai. Yesus, sebagai imam agung berdoa (Yoh 17: 1 – 26) agar kaum beriman masa-Nya dan masa yang akan datang menjalin persatuan: periharalah mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepada-Ku (Yoh 17: 11); supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita (ay 11); Supaya penuhlah sukacitaKu di dalam diri mereka (ay 13); Supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat (ay 15); Supaya kuduslah mereka dalam kebenaran (ay 17). Selanjutnya Yesus juga berdoa bagi dunia. Dunia dalam konteks yang negatif yaitu pusat ketidak-percayaan dan kebencian, yang berlawanan dengan apa yang dihayati murid-murid-Nya (Yoh 17: 12) supaya dunia menjadi percaya dan mengetahui bahwa Yesus diutus oleh Bapa yang penuh kasih (Yoh 17: 21 dan 23)
2. Perutusan dan pelayanan Yesus diwariskan kepada para murid-Nya melalui pewartaan pengharapan dalam kasih dengan keteladanan. Dalam rangka Tahun St. Paulus (2008-2009) kita bisa belajar bahwa Perutusan Yesus bukan hanya diserahkan kepada dua belas rasul-Nya tetapi juga kepada penganiaya murid-murid-Nya yaitu Saulus yang kemudian menjadi Paulus. Paulus yang dinobatkan oleh Tuhan sendiri dalam perjalanannya ke Damaskus diangkat menjadi rasul bangsa-bangsa lain. Perutusan Tuhan menyadarkan Paulus dengan suatu keyakinan bahwa “bukan dia hidup dalam diri Yesus, tetapi Yesuslah yang hidup di dalam dirinya” (Gal 2: 20). Paulus dalam menghadapi berbagai persoalan dan perbedaan selalu menekankan sumber kekuatan yaitu kasih karunia Tuhan. Perbedaan siapa yang menabur, siapa yang menanam dan siapa yang menuai itu tidak penting tetapi yang lebih penting adalah bahwa Allah-lah yang mengerjakan semuanya itu. Keyakinan kepada Allah yang mengerjakan semua itu, seharusnya mempersatukan umat beriman. Setiap murid mendapat ajakan perutusan untuk berpartisipasi dalam pembangunan Tubuh Kristus (Gereja) dalam melanjutkan karya-Nya, khususnya demi kerukunan hidup umat manusia.
E. Pertobatan dan Pembaharuan
1. Gerakan Puasa dan pantang dalam kehidupan kristiani di setiap masa prapaskah merupakan sarana/kesempatan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Penghayatan puasa atau lebih-lebih bermatiraga bisa menjadi alat pengendalian diri menuju perbaikan pribadi-pribadi yang berdampak pada perbaikan mutu kehidupan bersama. Kalau puasa diartikan dengan tidak makan dan tidak minum itu hanya sebagian kecil dari arti puasa itu sendiri. Tetapi seseorang melakukan puasa atau pantang (misalnya: tidak jajan) atau mengekang kebutuhan-kebutuhan lain, bukannya untuk memperkaya diri sendiri tetapi dalam rangka ber-solidaritas dengan Yesus yang menyerahkan hidupNya untuk orang lain. Solidaritas itu kita hayati dengan mengumpulkan dana dari puasa dan pantang atau matiraga kita.
2. Dengan puasa kita juga diajak untuk menderita sehingga kita tahu penderitaan orang lain. Karena itu hasil dari puasa adalah munculnya aksi yang ditujukan kepada mereka yang miskin dan menderita. Penghayatan puasa yang demikian akan membawa perbaikan dan perubahan, tidak hanya bagi orang yang melakukan puasa, tetapi lebih-lebih pada lingkungan sekitarnya, baik dalam keluarganya, kampungnya, dan yang lebih luas lagi. Dalam rangka menanggapi undangan Yesus untuk bertobat ini, umat Katolik ber-Aksi Puasa Pembangunan (APP).
3. Proses ber APP mengandung unsur pemahaman iman, pergumulan iman, penghayatan iman dan hidup nyata. Proses semacam ini diharapkan semakin memperteguh dan mendewasakan iman sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Dengan demikian penghayatan hidup keagamaan bisa menjadi solusi dari persoalan kemanusiaan.
F. Aksi Nyata
Umat katolik Keuskupan Agung Semarang dalam dinamika hidup menggereja telah mempunyai kebiasaan mengadakan pendalaman tema APP di lingkungan-lingkungan maupun dalam kelompok-kelompok kategorial. Sudah menjadi pandangan umum bahwa umat beragama di Negara kita akan merasa lebih nyaman kalau berada di tengah-tengah orang yang seiman/seagama. Segi posistifnya adalah orang mudah tergerak untuk berkumpul dengan teman-teman seiman (terlepas dari aspek negatifnya). Maka gerakan berkumpul dengan sesama seiman/seagama dalam mendalami tema APP di lingkungan sudah merupakan aksi nyata dari puasa dan matiraga. Dalam rangka memberdayakan hubungan antar umat beriman, perlulah bagi umat katolik untuk memulainya dengan mengikuti pendalaman tema APP di lingkungannya, dan setelah itu punya kekuatan bersama/gerak bersama untuk bekerjasama dengan umat beriman lainnya. Aksi nyata dalam rangka memberdayakan hubungan antar umat beriman bisa diwujudkan dalam berbagai lingkup kehidupan :
1. Pribadi
Kasih akan sesama, yang berakar pada kasih akan Allah akan menumbuhkan kasih pada sesama yang menderita, misikin “pertama-tama dan pada dasarnya adalah tugas setiap pribadi beriman” (DC 20). Sehingga penghayatan dan perwujudan hidup keagamaan dikembangkan dalam membangun relasi antar pribadi umat beriman/beragama, dimulai dari pergaulan/sapaan setiap harinya kepada sesama.
2. Keluarga
Keluarga katolik adalah basis hidup rohani yang menjadi “garam” masyarakat dalam ikut mengembangkan kehidupan bersaudara antar keluarga umat beriman, maka perlulah upaya terus menerus membangun penghayatan iman yang terbuka mulai di dalam keluarga.
3. Komunitas Basis Gerejawi (Lingkungan/Stasi)
Komunitas Basis Gerejani (KBG) sejak Konsisli Vatikan II merupakan cara hidup Gereja yang mengakar di tengah masyarakat. Dalam Komunitas Basis Gerejawi itulah umat menimba kekuatan rohani/iman sehingga mempunyai kekuatan kehendak atau kekuatan batin untuk membangun gerakan konkret Gereja di tengah masyarakat. Dengan kata lain, proses ini mengandung unsur pemahaman iman dan pergumulan iman menuju penghayatan iman dalam hidup sehari-hari. Mgr. Albertus Soegijapranata menegaskan bahwa lingkungan-lingkungan di paroki itu dibentuk bukan sekedar untuk kepentingan administratif dalam Gereja, tetapi terlebih menjadi tempat dan sarana keterlibatan sosial bagi umat katolik.
4. Komunitas Basis Manusiawi
Berbagai macam komunitas hidup dalam masyarakat bisa menjadi wahana untuk mewujudkan iman secara manusiawi; baik dalam komunitas berdimensi politik, sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan hidup, maupun kepentingan-kepentingan kategorial lainnya (RT, RW, Partai, Karang Taruna, dll). Komunitas seperti itu hendaknya ditumbuhkan menjadi komunitas-komunitas pengharapan bagi kaum beriman yang mampu mengatasi berbagai persoalan hidup bangsa kita.
5. Komunitas Kaum Muda
Dalam rangka tahun kaum muda, gerakan-gerakan aksi nyata bisa diarahkan pada kehidupan komunitas orang muda lintas agama untuk mulai membangun dialog dan menumbuhkan generasi muda lintas agama yang terbuka dan berdialog; misalnya dengan cara melanjutkan gerakan APP 2008 yang lalu yakni penghijauan atau peduli lingkungan namun dilaksanakn bersama dengan kaum muda lintas agama.
G. Penutup
Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung Semarang ialah membangun persekutuan paguyuban-paguyuban yang memerdekakan, dalam rangka menegakkan/ mewujudkan Kerajaan Allah. Salah satu pokok perhatiannya adalah mengembalikan keutuhan ciptaan. Kembalinya keutuhan ciptaan itu antara lain ditandai dengan kehidupan umat manusia yang saling mengasihi secara terbuka dengan mengangkat martabat manusia. Untuk itulah diperlukan pemberdayaan hubungan antar umat beriman.
Semoga kaum muda di Keuskupan Agung Semarang bisa berperan sebagai penggerak tumbuhnya generasi baru yang mencintai keterbukaan dan persaudaraan dalam hidup bersama dengan saudara-saudari umat beriman lainnya. Pemberdayaan hubungan antar umat beriman dalam masayrakat kita akan menjadi kekuatan bersama untuk membangkitkan sikap dan tindakan yang peduli akan kesejahteraan dalam hidup umat bersama masyarakat. Kiranya pendidikan dan pencerdasan umat beriman sebagai anggota masyarakat, pembangunan dan pengembangan kerjasama kooperatif dalam masyarakat yang sesuai dengan keadaan setempat , mampu menggetarkan hati seluruh umat beriman tanpa adanya diskriminasi ataupun pengasingan atas diri umat beriman lain demi kebaikan dan kesejahteraan bersama. Hubungan antarumat beriman yang terjalin dengan baik dan kukuh adalah anugerah Tuhan yang pantas mendapat ucapan syukur bersama.
Semoga Allah yang telah memulai pekerjaan baik di antara kita, berkenan menyelesaikannya.
Selamat Ber-APP! Berkah Dalem!
Panitia APP KAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar