Suatu hari, Si BLACK (SB) lagi bingung mikirin anaknya yang menginjak usia sekolah. Di mana-mana sekolah katolik begitu mahal. Padahal ia pengin anaknya sekolah di yayasan katolik, tapi apa daya duit tak punya. Jeng Maria (JM) yang sadar gelagat tetangganya itu, menghampirinya.
JM : Ada apa to, BLACK! Koq wajahmu ga enak gitu. Mikir apa je?
SB : Eh, jeng Maria. Ga ada apa-apa koq, jeng. Cuma mikir nasib anakku ini mau aku sekolahkan dimana ya. Lha semua yayasan katolik mahal-mahal je. Padahal sekolah negeri malah gratis.
JM : ya uda, sekolahkan aja di negeri to, BLACK. Semua sekolah khan sama gitu.
SB : Wah, ga, jeng! Penginku anakku harus sekolah di sekolah katolik gitu biar imannya semakin tumbuh dan berkembang. Ini khan panggilan kita sebagai orangtua untuk mendidik anak-anak kita secara katolik.
JM : Oh, iya ya, BLACK. Aku malah dah lupa akan janji nikah itu.
SB : Nah itulah, Jeng masalahnya. Di satu pihak adalah panggilan orangtua. Dilain pihak, duit tidak memungkinkan, gimana dunk.
JM : emang sih, sekarang meluncur sosialisasi sekolah gratis. Wah jan disatu pihak menggembirakan, dilain pihak juga meragukan. Apa yang gratis-gratis gitu mutunya terjamin??? Tapi juga sebaliknya, yang mahal-mahal juga baik mutunya??
SB : betul banget jeng. Kayaknya sekolah sekarang itu sudah menjadi bisnis mencari untuk bukannya opsi pada kaum lemah miskin dan bodo. Yang berduit, yang bisa sekolah.
JM : tapi ya nek dipikir-pikir, ga ada tuch sekolah gratis. Cuma orangtua ga bayar aja, yang mbayar sekolah oranglain gitu atau pemerintah. Ner ga?
SB : Yups, emang betul.
JM : inilah, saatnya yayasan katolik juga bisa melakukan demikian kalau umat katolik (Gereja) saling bahu membahu memberi perhatian pada pendidikan katolik.
SB : Umpamanya, Jeng!
JM : Ya mudah aja, ngumpulin dana buat pendidikan katolik gitu. Misalnya saja, tiap umat menyisihkan Rp 100,- khan dah lumayan dimasukkan ke kotak pendidikan yang dipasang di depan Gereja.
SB : Iya jeng, aku juga setuju tuh. Apalagi nek keluarga-keluarga yang berke”cukup”an mau untuk sekali saja menyisihkan uang makan malam mereka buat pendidikan. Betapa indahnya!!!
JM : Siiip, BLACK. Yang penting bukan JUMLAHnya berapa yang disumbangkan, tetapi BANYAKnya koq, BLACK!
SB : Iya, Jeng...mudah-mudahan perhatian kepada pendidikan katolik semakin berkembang ya jeng. Gbu.
JM : Amiiiiin...BLACK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar