Rabu, 12 Mei 2010

SEJARAH SINGKAT DAN PROFIL PAROKI SANTA MARIA KARTASURA

PENDAHULUAN

Umat Allah Paroki Santa Maria Kartasura adalah persekutuan paguyuban-paguyuban umat beriman yang menjadi bagian dari Keuskupan Agung Semrang dalam batas-batas territorial tertentu (bdk PDDP KAS pasal 1 no.6; PPDP Santa Maria Kartasura pasal 1 no.6). Dalam persekutuan itu, umat Allah berkehendak mewujudkan Kerajaan Allah yang memerdekakan seturut dengan Arah dan Dasar Keuskupan Agung Semarang, yang merupakan pernyataan kehendak Allah dalam Gereja Lokal. Dalam usaha tersebut, umat Allah berusaha untuk menjadi Gereja yang relevan dan signifikan di tengah-tengah dunia zaman ini melalui reksa pastoral yang melibatkan, mengembangkan dan memberdayakan berdasarkan data dan dinamika pastoral yang khas maupun yang ditawarkan oleh Keuskupan Agung Semarang. Oleh karena itu, dalam mendukung reksa pastoral tersebut, dinamika umat Allah Paroki Santa Maria sungguh nyata dalam bidang-bidang pelayanan, yang berada dalam Dewan Paroki agar apa yang direncanakan dan dilaksanakan dapat selaras dan mencapai target yang visioner yang tertuang dalam Visi Misi Paroki.


1. Tahun 1950-1964: Benih itu Mulai Bertumbuh.
Umat Katolik Kartasura mulai tumbuh dan berkembang ketika beberapa orang memilih dan mengutus Fransiscus Xaverius Suharto untuk memohon kepada Rama Paroki Santo Petrus Purwosari agar berkenan memberi pelajaran agama di rumah keluarga Yosef Priyosudarmo di kampung Pucangan RT. 01 RW. 11 Kartasura. Pada waktu itu, ada sepuluh orang yang menjadi murid calon baptis.
Seiring dengan berpindahnya SGB Negeri Simo Boyolali ke Kartasura dan menjadi SMP Negeri I Kartasura, tampil guru-guru agama (katekis) handal seperti Fransiscus Xaverius Tirtosudarmo dan Caecilia Kunmaryatin. Katekis Caecilia Kunmaryatin ini bertempat tinggal di rumah keluarga Yosef Priyosudarmo dan di kemudian hari menjadi seorang biarawati yang bernama Suster Caecilio, CB.
Umat Katolik semakin berkembang tidak hanya di Kartasura, tetapi juga di daerah sekitarnya seperti: Singopuran, Ngabeyan, Gembongan, Makamhaji, Pabelan, Gumpang, Gebyok, Mayang, Sawit, Banyudono, Colomadu, Kompleks AURI, Kompleks RPKAD, dan sekitarnya.
Kecuali itu, semakin banyak pula yang terlibat aktif dalam kegiatan pembinaan iman dan pendampingan umat. Tokoh umat yang terlibat tersebut antara lain SY. Sumardi, Donatius Yohanes Salamto, Fransiscus Xaverius Samno, Y. Suwito, A.J. Suhardjo, Sumardjan, Sumantri, Gregorius Hardopadmono, dan Felix Yohanes Surachmad.

2. Stasi Menuju Paroki (1964 – 1970)
Berkat pertumbuhan dan perkembangan umat yang membanggakan, pada tahun 1964 umat Katolik Kartasura mendapat status Stasi dari Paroki St. Petrus Purwosari dan Rama Franciscus Paulus Huneker, MSF berkenan menetap di rumah Kel. A.J. Suhardjo. Sedangkan sebagai ketua stasi adalah Fransiskus Xaverius Tirtosudarmo dibantu oleh SY. Sumardi, Franciscus Xaverius Suharto dan Felix Yohanes Surachmad.

2.1 Perayaan Ekaristi Pertama
Karena sesuatu hal, tempat pembinaan iman dipindah di pendopo rumah keluarga Reksohardjono (orangtua Y. Suyamji dan Christina Hedwigis Elisabeth Sri Hetmi), 100 meter sebelah barat GKI Kartasura. Di tempat itulah Perayaan Ekaristi yang pertama kali diadakan untuk umat Katolik Kartasura. Rama Franciscus Paulus Huneker, MSF berkenan memimpin Ekaristi yang dihadiri oleh umat dari Kartasura dan sekitarnya.

2.2 Di atas batu karang ini, Ku-dirikan Gereja-Ku.
Rencana pembentukan Paroki secara resmi disampaikan Rama Franciscus Paulus Huneker, MSF kepada Bapak Kardinal Yustinus Darmoyuwono di Semarang. Sebagai tindak lanjut dibelinya tanah seluas 1.250 m2 di sebelah utara Beteng Kartasura (sebelah Timur SMP Muhammadiyah Kartasura).
Selanjutnya pada th 1967 dibelinya tanah seluas 200 m2 di jalan Slamet Riyadi 25 Kartasura, yang pada waktu itu ditempati oleh Sekolah ST-2 dan STM Pancasila. Setelah diperoleh kesepakatan antara Rama Franciscus Paulus Huneker, MSF dan Kepala Sekolah, bangunan sekolah dipindahkan ke tanah milik PGPM yang berada di sebelah utara Beteng Kartasura dan untuk sementara bisa dipergunakan untuk kegiatan belajar-mengajar ST-2 dan STM Pancasila. Kesepakatan ini dikuatkan oleh pihak Keuskupan Agung Semarang yang memberikan izin Hak Guna Bangunan (HGB).
Hal tersebut tentu saja tidak melupakan usaha keras Franciscus Xaverius Suharto selaku wakil dari Gereja dan Takyin Suwarno dari Yayasan Pancasila Kartasura yang diutus secara khusus ke Semarang untuk membicarakannya. Izin HGB diberikan untuk waktu yang tidak terbatas dengan syarat jika ditelantarkan akan dicabut oleh yang berwenang, yaitu Keuskupan Agung Semarang. Dalam perkembangan selanjutnya STM Pancasila berubah menjadi SMK Pelayaran Kartasura.

2.3 Pembentukan Dewan Paroki
Pada tanggal 16 Juni 1968 terbentuklah Dewan Paroki Kartasura yang diketuai oleh I. Sumantri dengan pastor Paroki Franciscus Paulus Huneker, MSF. Sekretaris I: A. Subadi, Sekretaris II: Karel Yosef Moehardjo, Bendahara: V. Hadisumarto. Saat itu paroki Kartasura terdiri dari 7 wilayah yaitu: Kartasura, Banyudono, Gembongan, Gebyok, Pucangan, Kompleks RPKAD dan Kompleks AURI-Colomadu dan sekitarnya.
Kemudian berdasarkan surat pernyataan Front Katolik Kartasura tertanggal 1 Desember 1968 dan pernyataan Dewan Paroki pada sidangnya tertanggal 8 Desember 1968, maka diputuskan untuk penyegaran Pengurus Dewan yang lama dan dipilih Dewan yang baru dengan pelindung/penasehat: Pastor paroki (Franciscus Paulus Huneker, MSF) dan dr. Kristiawan Sidharta. Sedangkan, Ketua I adalah AH. Soewito, ketua II : Fransiscus Xaverius Soetartono, Sekretaris I: Karel Yosef Moehardjo, Sekretaris II: J. Goenawan dan Bendahara; V. Hadisoemarto.

2.4 Pembangunan Gedung Gereja
Pada tanggal 10 Pebruari 1970 dengan Surat Kuasa no: SK-03-KAT/2/1970 Dewan Paroki Kartasura memberikan kuasa kepada Ignatius Soemedi sebagai Ketua Pembangunan Gereja Katolik Kartasura. Selanjutnya pada tanggal 14 Pebruari 1970, Panitia Pembangunan Gereja mengajukan Surat Permohonan Izin membangun gereja kepada Bupati Sukoharjo. Dan pada tanggal 2 Mei 1970 diterimalah surat balasan dari Bupati Sukoharjo yang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah Sukoharjo tidak berkeberatan untuk dilaksanakannya pembangunan gereja Kartasura.
Pada tanggal 1 Desember 1969 dimulai pembangunan gedung gereja yang disiapkan oleh Yosef Suratno selaku Ketua Panitia Pelaksana pembangunan dan pemilik CV. Daryono, Surakarta. Sebagai sumber dana awal diperoleh dari Rama Franciscus Paulus Huneker, MSF dan hasil penjualan kalender Gereja serta sumbangan donatur dari kalangan intern umat.
Peletakan batu pertama gedung gereja dan pastoran dilaksanakan oleh Rama Franciscus Paulus Huneker, MSF pada tanggal 17 Maret 1970, dan pada awal bulan Oktober 1970 pembangunan fisik dinyatakan selesai. Sebagaimana biasa dialami di banyak daerah, pembangunan gereja Kartasura juga menghadapi masalah yang berhubungan dengan perizinan. Hubungan yang memanas antara pihak Gereja dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Sukoharjo sempat membuat kemarahan sebagian umat katolik; bahkan Bapak Ignatius Soemedi dari Kopassus pernah memerintahkan anak buahnya untuk menjaga gereja dari pembongkaran yang akan dilakukan oleh pihak DPU.

2.5 Pemberkatan dan Peresmian Gedung Gereja
Pada tanggal 20 Desember 1970 dibentuklah Panitia Pemberkatan gereja Katolik Kartasura dengan Ignatius Soemedi sebagai Ketua I dan J. Husein Wiradarma sebagai Ketua II. Sedang sekretaris dipegang oleh Karel Yosef Moehardjo dan AJ. Soehardjo, Bendahara : AH. Soewito dan Fransiscus Xaverius Samno.
Pemberkatan dan peresmian gereja Santa Maria Kartasura dipimpin oleh Uskup Agung Semarang Bapak Kardinal Yustinus Darmoyuwono pada tanggal 9 Januari 1971. Tamu undangan yang hadir adalah : Bapak dan Ibu Bupati Kepala Daerah Sukoharjo yang berkenan menerima kunci dari Pastor Paroki kemudian membuka pintu gereja dan memberikan sambutan, Kepala KUA Kabupaten Sukoharjo yang berkenan memberikan sambutan.

3. Paroki Santa Maria Kartasura
Pada tanggal 9 Januari 1971, Gereja Santa Maria Kartasura secara resmi lepas dari Paroki Santo Petrus Purwosari dan Rama Franciscus Paulus Huneker, MSF ditunjuk sebagai Pastor Kepala Paroki yang pertama kali. Mulai hari itu juga semua urusan dan pencatatan administrasi paroki menjadi tanggungjawab sendiri. Terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1971 Dewan paroki Kartasura mengalami perubahan dengan Ketua: Rama Franciscus Pau-lus Huneker, MSF dan Wakil Ketua: Ignatius Soemedi, Sekretaris: G. Zaeni dan JP. Soenarjo, Keuangan: Karel Yosef Moehardjo. Paroki Santa Maria Kartasura mulai berkembang menjadi 10 wilayah yaitu: Kartasura I, Kartasura II, Kartasura III, Gembongan, Gebyok, Colomadu, Banyudono, Pucangan, Kompleks AURI dan Sawit, dan 3 stasi yaitu: stasi Jati (Gawok), Mayang dan Blulukan. Stasi Mayang dan Gawok ini diserahkan oleh Paroki St. Petrus Purwosari pada tahun 1972. Sedangkan Stasi Sawit diserahkan oleh Paroki St. Yohanes Rasul Delanggu pada tahun 1976. Stasi Banyudono diserahkan oleh Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali pada tahun 1976.

3.1 Paroki dalam Reksa Pastoral Tarekat MSF (1971-1993)
Sejak awal berdirinya, Paroki Santa Maria Kartasura dilayani oleh rama-rama dari Tarekat Misionaris a Sacra Familia (MSF). Mereka adalah: Rama Franciscus Paulus Huneker, MSF; Q van der Bosch, MSF (yang melayani selama Rama Franciscus Paulus Huneker, MSF cuti pulang ke negeri Belanda); A. Tjokroatmojo, MSF; Robertus Bellarminus Pranatasurya, MSF; Franciscus Assisi Tedjasuksmana, MSF; Franciscus Xaverius Darmosuwito, MSF; Franciscus Assisi Suryosunaryo, MSF; Stanislaus Cahyo Yosoutomo, MSF; Adrianus Van Der Peet, MSF; Johanes Hardiwiratno, MSF dan Paulus Yasa Widharta, MSF.
Pada masa Rama Adrianus Van Der Peet, MSF menjabat sebagai pastor kepala paroki (1992), bangunan fisik gereja dilengkapi dengan Gedung Pertemuan yang diberi nama: “Ruang Adrianus”. Adrianus adalah nama baptis Rama Adrianus Van Der Peet, MSF. Bangunan gedung yang berada di belakang bangunan gereja induk ini cukup kuat, sangat dikenal dan bermanfaat untuk umat. Umat sering menggunakannya sebagai tempat pertemuan dan kegiatan-kegiatan lain.

3.3 Paroki dalam Reksa Pastoral Imam Diosesan KAS (1993 – 2008)
Pada bulan September 1993 reksa pastoral diserahkan kepada Keuskupan Agung Semarang, dan Rama Laurentius Wiryadarmaja, Pr. adalah pastor diosesan pertama yang berkarya di paroki ini. Bulan April 1999, Rama Laurentius Wiryadarmaja, Pr. memasuki masa pensiun dan tetap tinggal di Pastoran Kartasura. Jabatan Pastor Kepala Paroki Santa Maria Kartasura berturut-turut diberikan kepada rama-rama: Medardus Sapta Margana, Pr., Maternus Minarto. Pr, Franciscus Xaverius Suyamta Kirnasucitra, Pr. dan Robertus Hardiyanta, Pr.
Pada tahun 1999, lingkungan gereja diperluas lagi dengan membeli tanah baru di sebelah utara gereja. Di atas tanah yang dibeli dari warga ini dibangun gedung pastoran yang baru menggantikan ruang pastoran lama yang berada di sebelah timur gedung gereja induk. Untuk mengenang Rama Laurentius Wiryadarmaja, Pr. yang bertempat tinggal di Pastoran Kartasura selama 13 tahun, bangunan pastoran yang baru ini diberi nama: “Pastoran Laurentius”. Laurentius adalah nama baptis Rama Laurentius Wiryadarmaja, Pr.
Kehadiran Rama-rama diosesan di Paroki Kartasura dirasakan sebagai angin segar bagi umat. Banyak umat diberi kesempatan untuk terlibat dalam hidup menggereja sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Berkat kerja sama yang baik antara rama paroki dan umat dimungkinkan kehidupan umat lebih tertata, sebagaimana juga terlihat dari bangunan-bangunan di kompleks gereja yang nampak semakin rapi dan menarik. Ruang-ruang direhab supaya bisa dimanfaatkan (ruang misdinar, ruang dapur, kamar mandi dan WC), termasuk pembangunan kembali gua Maria, yang diberi nama: “Gua Maria Ratuning Katentreman” (tahun 2007).

4. Wajah Paroki Santa Maria Kini.
Secara geografis wilayah Paroki Kartasura meliputi sebagian dari 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar. Dalam perkembangannya, Paroki Santa Maria Kartasura dibagi dalam wilayah-wilayah yang terdiri dari 13 wilayah, yakni Colomadu, Adisumarmo, Blulukan, Gonilan, Gembongan, Kartasura 1, Kartasura 2, Kartasura 3, Banyudono, Sawit, Gawok, Gebyok dan Mayang.
Pada tahun 2002 wilayah khusus Adisumarmo, yang hampir semua umatnya adalah anggota TNI, mengalami penurunan jumlah secara drastis karena mutasi. Umat di daerah Mangu mulai memisahkan diri dari wilayah Adisumarmo dan membentuk wilayah baru yang dinamakan wilayah Panasan Baru, yang pada bulan Januari 2008 berganti nama menjadi wilayah Ngemplak. Selanjutnya sebagian umat wilayah khusus Adisumarmo yang masih tersisa bergabung menjadi satu dengan wilayah Colomadu. Dengan demikian Paroki Santa Maria Kartasura tetap terdiri dari 13 wilayah.
Pada akhir tahun 2006 wilayah Colomadu dimekarkan menjadi dua wilayah, yaitu menjadi Wilayah Colomadu I dan Colomadu II, sehingga menapaki tahun baru 2007 Paroki Santa Maria Kartasura mempunyai 14 wilayah. Dari 14 wilayah tersebut ada 6 wilayah yang memiliki bangunan kapel, yaitu: Colomadu, Mayang, Blulukan, Gawok, Banyudono dan Sawit.
Pada awal tahun 2006 umat Katolik di Paroki Santa Maria Kartasura berjumlah 3.850 orang, terdiri dari berbagai tingkat pendidikan, yaitu: pendidikan dasar, lanjutan dan sarjana. Mereka ini bekerja sebagai petani, wiraswasta, pegawai negeri sipil dan TNI/POLRI. Pada awal tahun 2007, jumlah umat Katolik bertambah menjadi 3.889 orang. Jumlah umat Katolik terus bertambah, dengan adanya baptisan baru dan orang-orang yang karena pernikahan kemudian berpindah memeluk agama Katolik. Awal tahun 2008, jumlah umat Katolik Paroki Santa Maria Kartasura ada 3.952 orang.


PROFIL PAROKI SANTA MARIA KARTASURA.

Profil paroki merupakan uraian mengenai paroki yang memberikan gambaran umum bagaimana hidup dan dinamika umat Allah Paroki Santa Maria Kartasura. Dalam profil ini akan diuraikan gambar teritorial, sosial dan ekonomi umat, gambaran gereja Paroki, gambaran tata penggembalaan dan tata kelola keuangan,dan gambaran dinamika iman umat.

1. GAMBARAN TERITORIAL, SOSIAL DAN EKONOMI UMAT.

Secara geografis, wilayah Paroki Santa Maria Kartasura memiliki jarak bentangan (ditarik garis lurus) utara-selatan sekitar 20km, dan barat-timur 25km, dan gereja Paroki terletak di tengah-tengahnya sehingga pelayanan pastoral di lingkungan-lingkungan cukup dekat kurang lebih 10km dari gereja Paroki. Keadaan alam di wilayah Kartasura cukup aman baik dari bahaya banjir dan tanah longsor. Sebagian besar wilayah merupakan dataran yang banyak dijadikan perumahan, dan sebagian lain masih berupa lahan persawahan. Jalan-jalan di wilayah Paroki sebagian besar atau hampir seluruhnya sudah dalam keadaan beraspal dan cukup mudah untuk dijangkau dalam memenuhi pelayanan kepada umat. Akan tetapi, jalur transportasi umat untuk ke Gereja Paroki tidaklah mudah. Umat di wilayah Blulukan, Colomadu, Ngemplak, Gonilan, Banyudono, Sawit, Gawok dan Mayang serta Gebyok, sebagian yang tidak memiliki kendaraan pribadi cukup kesulitan karena harus menempuh transportasi beberapa kali. Hal ini yang menjadikan sebagian kecil umat kesulitan untuk mengikuti perayaan Ekaristi setiap hari minggu atau memilih mengikuti perayaan Ekaristi di Paroki lain. Akan tetapi, hal yang mendukung sebagian besar umat dapat mengikuti perayaan Ekaristi dan kegiatan-kegiatan di tingkat Paroki adalah bahwa mereka banyak yang memiliki kendaraan pribadi baik sepeda onthel, sepeda motor, maupun mobil.
Secara teritorial, wilayah Paroki Kartasura terletak di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar. Hal ini berpengaruh dalam pelayanan pastoral umat pada khususnya pelayanan perkawinan sipil, yang kadangkala antar kabupaten memiliki kebijakan yang berbeda satu dengan yang lain.
Secara ekonomi dan sosial, wilayah Paroki menjadi pintu masuk ke kota solo pada khusunya dari arah Semarang maupun dari Yogyakarta. Hal ini didukung dengan jalur jalan raya antar kota yang bertemu di wilayah Paroki Santa Maria, yaitu jalur segitiga emas, Yogyakarta-Solo-Semarang (YSS). Jalur ini tentu saja berpengaruh bagi kehidupan masyarakat maupun juga umat paroki, yang sebagian besar adalah karyawan swasta dan PNS yang bekerja di sekitar Sukoharjo, Karangayar maupun Solo. Sebagian kecil yang lain adalah wiraswasta baik pertokoan maupun perusahaan tertentu; dan sebagian lagi yaitu petani. Umat yang bermata pencaharian sebagai petani sebagian besar berdomisili di wilayah bagian selatan dan Barat Paroki yaitu wilayah Gebyok, wilayah Mayang, wilayah Gawok, dan wilayah Sawit, serta sebagian wilayah Banyudono. Sedangkan umat yang bermatapencaharian sebagai karyawan, PNS dan pengusaha berada di wilayah “perkotaan” kecamatan Kartasura, Colomadu, Ngemplak dan sebagian Banyudono. Situasi perekonomian umat pada umumnya adalah menengah, sebagian kecil masuk golongan kaya, dan sebagian lainnya lagi masuk dalam golongan miskin.
Selain itu, di wilayah Paroki Kartasura juga terdapat dua kekuatan militer Nasional yaitu Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan Angkatan Udara (AU), serta bandara yang telah bertaraf Internasional.

2. GAMBARAN GEREJA PAROKI

Menurut data statistik paroki pada awal 2009, jumlah umat Paroki Santa Maria ada 4.031 orang, yang berada dalam empatpuluh satu lingkungan di empatbelas wilayah.

1 KARTASURA I
Lingkungan Maria – Pucangan
Lingkungan Ignatius – Perum Pucangan Baru I dan II
2 KARTASURA II
Lingkungan Yosep – SedahRama Ngalun-alun
Lingkungan Paulus – Kertonatan
Lingkungan Ignasia – Kebonan
3 KARTASURA III
Lingkungan Yosef – Widyapura
Lingkungan Paulus – Singopuran
Lingkungan Yohanes – Wikarta
4 GEBYOK
Lingkungan Paulinus – Ndaratan
Lingkungan Yohanes – Ngemplak
5 MAYANG
Lingkungan Filipus – Mayang Timur
Lingkungan Petrus – Mayang Utara
Lingkungan Xaverius – Mayang Tengah
Lingkungan Stefanus – Buda Mayang
Lingkungan Yohanes – Nampan Mayang
6 GAWOK
Lingkungan Antonius – Bedodo
Lingkungan Ignasius – Jati
Lingkungan Albertus – Krajan
7 SAWIT
Lingkungan Yohanes – Bendosari
Lingkungan Paulus – Gombang
8 BANYUDONO
Lingkungan Stanislaus – Banyudono Utara
Lingkungan Fransiskus Xaverius – Banyudono Selatan
9 NGEMPLAK
Lingkungan Matias – Mangu
Lingkungan Andreas – Dibal
10 COLOMADU I
Lingkungan Lukas – Gajahan
Lingkungan Agustinus – Banukan
Lingkungan Mikael – Klegen
Lingkungan Yustinus – Bolon
11 COLOMADU II
Lingkungan Cicilia – Maduasri
Lingkungan Fransiskus – Gedongan
Lingkungan Antonius – Gawanan
Lingkungan Thomas – Paulan
Lingkungan Elisabet – Krambilan
12 BLULUKAN
Lingkungan Maria – Sanggung
Lingkungan Yosef – Blulukan
13 GONILAN
Lingkungan Maria – Nilasari
Lingkungan Fransiskus – Nilagraha
14 GEMBONGAN
Lingkungan Benediktus – Jahidan
Lingkungan Bernardinus – Tegal Mulyo
Lingkungan Yohanes – Tembangan
Lingkungan Laurentius – Ngadijayan

Paroki Santa Maria memiliki enam kapel yang berada di wilayah, yaitu Kapel Santo Yohanes di wilayah Banyudono, Kapel Santo Yosef di wilayah Mayang, Kapel Kristus Raja di wilayah Gawok, Kapel Santo Petrus di wilayah Colomadu, Kapel Santo Paulus di wilayah Blulukan, dan Kapel Santa Maria Goretti di wilayah Sawit. Dari kapel-kapel tersebut, empat kapel telah mendapatkan pelayanan rutin Perayaan Ekaristi hari Minggu setiap bulan, yaitu Kapel Santo Petrus Colomadu (setiap hari Sabtu I pukul 19.00), Kapel Santo Yosef Mayang (setiap hari Minggu II pukul 07.00), Kapel Kristus Raja Gawok (setiap hari Minggu III pukul 07.00), dan Kapel Santo Paulus Blulukan (setiap hari Minggu I pukul 07.00). Paroki Santa Maria memiliki satu tempat devosi kepada Santa Maria, yaitu Gua Maria Ratuning Katentreman yang terletak di kompleks gereja.
Gereja Paroki memiliki lima kelompok kategorial yaitu Paduan Suara Signum Magnum, Paduan Suara Gruppe Talenta, Persekutuan Doa Karismatik Santo Mikael, Kelompok Janda-Janda Santa Monika, dan Paguyuban Orang Tua Terpanggil; serta satu organisasi yaitu Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI). Karya pastoral khusus yang menjadi tanggungjawab Paroki, melalui Yayasan Santa Maria adalah Kelompok Bermain Santa Maria dan Sekolah Taman Kanak-Kanak Kanisius Santa Maria, Kartasura dan Sekolah Taman Kanak-Kanak Kanisius, Mayang dan Sekolah Dasar Kanisius, Mayang. Melalui sekolah ini secara khusus pengenalan iman Katolik dan pembinaanya sungguh efektif. Hal ini ditandai dengan adanya baptisan-baptisan baru melalui sekolah ini.

3. GAMBARAN TATA PENGGEMBALAAN DAN TATA PENGELOLAAN KEUANGAN PAROKI.

Pengembangan pelayanan pastoral umat mulai ditingkatkan dalam perjalanan waktu tahun 2007 yang ditandai dengan efektifitas pengurus-pengurus umat di tingkat lingkungan dan Dewan Paroki. Efektifitas kepengurusan tingkat lingkungan didukung oleh pelayanan misa lingkungan setiap dua bulan sekali untuk masing-masing lingkungan. Efektifitas pengurus lingkungan ditandai pula dengan kelengkapan pengurus lingkungan baik dalam kepengurusan harian maupun juga tim-tim kerja yang diperlukan dalam lingkungan. Berbagai pelayanan pastoral khususnya sakramental juga dilakukan lewat prosedur di tingkat lingkungan seperti surat-surat pengantar dan surat keterangan umat untuk penerimaan sakramen-sakramen Gereja. Informasi-informasi kegiatan tingkat Paroki juga dilakukan melalui lingkungan-lingkungan. Hal ini semakin menunjukkan dinamika hidup pelayanan dan iman umat yang semakin tumbuh dan berkembang dalam keterlibatan serta usaha bersama membangun gereja yang komunio serta seturut teladan Santa Maria, mengembangkan pelayanan yang rendah hati dan murah hati. Gerak bersama melalui lingkungan-lingkungan sungguh efektif dan efesien sehingga termasuk program-program Dewan Paroki yang akan dilaksanakan menjadi semakin terdukung olehnya.
Pada tingkat Dewan Paroki, kelengkapan personalia Dewan Paroki juga menjadi salah satu target yang telah berhasil agar melalui personalia yang lengkap, pelayanan pastoral semakin berdaya guna dan melibatkan banyak orang. Bersama dan dalam pendampingan Romo Paroki, Dewan Paroki berusaha mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan selaras dengan Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki Santa Maria Kartasura, yang telah disahkan pada tanggal 30 Juli 2008 yang lalu. Usaha tersebut diwujudkan melalui peningkatan tata penggembalaan yang mengembangkan, memberdayakan dan melibatkan; tata kelola keuangan yang transparan dan akuntabel yang ditandai dengan sistem pelaporan keuangan dengan menggunakan General Ledger (GL) Paroki, sistem perencanaan, pelaporan dan evaluasi pertanggungjawaban program kerja oleh kepanitiaan maupun tim-tim kerja; serta juga pertemuan-pertemuan rutin yang secara kontinu dilaksanakan untuk memonitor gerak dan langkah Dewan Paroki dari waktu ke waktu.
Dalam usaha-usaha tersebut senantiasa mengarah pada gerak dan langkah Keuskupan Agung Semarang pada khususnya pada fokus-fokus pastoral tahunan, yang dicanangkan oleh Keuskupan Agung Semarang, dalam seluruh dinamika kehidupan umat dan keterlibatannya. Dan Pada tahun 2010 ini, gerak dan langkah Dewan Paroki bersama umat juga berusaha untuk mengarah pada fokus pastoral Tahun Syukur, “Terlibat Berbagi Berkat” yang senantiasa digaungkan dalam berbagai macam kesempatan baik melalui perayaan Ekaristi maupun juga pertemuan-pertemuan di tingkat lingkungan, wilayah dan Paroki. Kesadaran sebagai bagian dari Keuskupan Agung Semarang juga ditunjukkan dengan pengiriman Dana Solidaritas Paroki (DSP) serta kewajiban-kewajiban khusus paroki dengan tepat waktu.

4. GAMBARAN DINAMIKA IMAN UMAT.

Dinamika iman kehidupan umat sendiri sungguh tampak nyata, khususnya kehidupan menggereja yang kelihatan dalam setiap perayaan Ekaristi yang diikuti. Baik perayaan Ekaristi di tingkat lingkungan, wilayah maupun juga Paroki serta misa ujub, umat yang hadir semakin banyak. Keterlibatan umat dalam perayaan Ekaristi juga semakin meningkat baik dalam pelayanan kor tingkat lingkungan, paguyuban pemazmur dan lektor, maupun juga tema-tema misa yang diajukan oleh lingkungan-lingkungan dalam perayaan Ekaristi lingkungan. Hal ini tentu menjadi tanda yang nyata bahwa umat semakin bertumbuh dan berkembang dalam iman, harapan dan kasih untuk mewujudkan Kerajaan Allah yang memerdekakan berdasar iman yang mendalam, seperti termaktub dalam visi paroki.
Hal lain yang patut disyukuri dalam usaha pengembangan iman umat, pada khususnya pengetahuan iman, tim liturgi paroki juga telah mengembangkan panduan perayaan Ekaristi hari Minggu dalam format buku kecil, yang disebut “Pepadhang”. Pengembangan buku panduan ini dimulai pada hari komunikasi sedunia tahun 2008 tepatnya hari Minggu tanggal 04 Mei 2008. Dalam “Pepadhang” ini selain tercantum Tata Perayaan Ekaristi hari minggu, juga berbagai macam pengetahuan iman dituliskan baik oleh tim liturgi paroki (tim kerja pepadhang) maupun juga dari umat. Pengetahuan iman tersebut antara lain, ulasan kitab suci hari Minggu yang bersangkutan, cerita-cerita rohani yang inspiratif, kisah santo-santa, surat-surat gembala, doa-doa bersama seperti doa syukur tahun imam, doa syukur Keuskupan Agung Semarang, juga pengetahuan iman sakramental seperti seputar perayaan Ekaristi, Perkawinan, katekese dan lain sebagainya. Memang belum diteliti secara serius bagaimana dampak dari “Pepadhang” ini. Namun, dari beberapa umat yang pernah mengungkapkannya, sebagian umat merasa terbantu dan bahkan “Pepadhang” ini menjadi “bacaan rohani” yang inspiratif, sehingga banyak umat yang mengumpulkan “Pepadhang” ini. Hal ini berdampak positif pula bagi gereja, bahwa tidak ada kertas yang terbuang percuma (berserakan di dalam gereja setiap kali usai perayaan Ekaristi), tetapi sungguh dipelihara dan disimpan oleh umat sebagai sarana pengembangan iman.
Pendampingan-pendampingan anak-anak (PIA), remaja (PIR) dan kaum mudai (OMK) juga terus digalakkan melalui program-program kerja Dewan Paroki. Setiap hari Minggu baik di tingkat Paroki maupun lingkungan pendampingan PIA secara rutin dilakukan. Pendampingan PIR selama ini masih melalui pendampingan Misdinar baik di tingkat wilayah maupun Paroki. Baru pada tahun 2010 ini secara khusus tim kerja PIR diisi personalianya. Sedangkan pendampingan OMK lebih hidup di tingkat wilayah dan lingkungan. Pendampingan-pendampingan yang lain, khususnya persiapan penerimaan sakramen seperti baptis, krisma, komuni pertama dan perkawinan juga secara rutin dilaksanakan. Pendampingan persiapan baptis bayi dilakukan setiap tiga bulan sekali yaitu pada hari Minggu Pertama. Pelaksanaan baptisan bayi dilaksanakan pada setiap tiga bulan sekali pada hari Minggu kedua. Sedangkan untuk pendampingan baptis dewasa, dilaksanakan sepanjang tahun baik ditingkat lingkungan, wilayah dan paroki pada hari Minggu sesudah perayaan Ekaristi. Pendampingan persiapan komuni pertama juga dilaksanakan sepanjang tahun setiap hari Minggu setelah perayaan Ekaristi. Pendampingan persiapan Perkawinan secara khusus telah dimulai pada pertengahan tahun 2009 yang ditandai dengan terbentuknya tim Kursus Persiapan Perkawinan (KPP). Kursus Persiapan Perkawinan dilaksanakan dua bulan sekali pada minggu kedua, hari Senin sampai dengan hari Rabu.
Pendampingan-pendampingan ini sungguh sangat membantu umat di dalam persiapan menerima sakramen-sakramen Gereja. Melalui pendampingan tersebut umat sungguh dipersiapkan secara rohani dimana iman ditumbuh-kembangkan dan pengetahuan iman diperluas. Dalam dinamika pendampingan tersebut, keterlibatan umat juga tampak baik dari orangtua, peserta maupun dari tim pendamping sendiri.

5. POTENSI DAN KEPRIHATINAN PAROKI.

Paroki Santa Maria Kartasura menurut data statistik awal tahun 2009 mempunyai jumlah umat sebanyak 4.031 orang. Umat sejumlah itu, menurut komposisi usia terdiri dari 306 anak-anak usia 0 – 7 tahun [7,80%]; 224 remaja usia 8 – 13 tahun [5,56%]; 613 Orang Muda Katolik usia 14 – 35 tahun [15,20%]; dan 2.888 orang tua dan lansia [71,64%]. Hal ini menunjukkan bahwa hampir sepertiga dari jumlah umat adalah anak-anak, remaja, dan orang muda [28,35%].
Dari sejumlah umat yang terus bertambah tersebut, harapan ke depan Gereja Paroki tampaknya akan terus meningkat dengan terus adanya baptisan baru yang setiap tahunnya terjadi antara 35-50 orang baptisan dewasa, dan sekitar 40-50 baptisan bayi, dibandingkan dengan jumlah kematian dan perpindahan umat paroki. Keterlibatan umat di dalam kehidupan menggereja yang terus tumbuh juga semakin menambah semarak dan kehidupan Gereja baik di tingkat lingkungan, wilayah maupun juga paroki. Hal ini tampak dalam kepengurusan-kepengurusan mulai dari tingkat lingkungan sampai dengan Dewan Paroki yang semakin memperlihatkan semangat kerjasama dalam tim-tim kerja yang melibatkan serta memberdayakan semua umat.
Masyarakat yang pluralis di mana Gereja Santa Maria hidup dan ikut terlibat merupakan hal yang pantas pula disyukuri di mana relasi yang baik serta kerjasama yang terjalin menjadi harapan yang besar untuk semakin membuat Gereja Santa Maria tumbuh dan ikut serta membagikan berkatnya bagi masyarakat. Hal ini sangat tampak dalam kesediaan warga sekitar, khususnya warga RT Giringan dan RT Pucangan yang setiap hari Sabtu dan Minggu bersedia lahannya menjadi tempat untuk parkir kendaraan umat selama umat merayakan perayaan Ekaristi, termasuk juga ketika hari-hari raya dan ulang tahun paroki. Hal ini berkaitan dengan semakin tidak memadahinya ruang parkir bagi kendaraan umat di lahan gereja, dimana sebagian besar kendaraan umat berada di luar kompleks gereja.
Situasi lahan untuk parkir yang semakin tidak memadahi ini di satu pihak menjadi keprihatinan Gereja yang telah dirasakan selama beberapa tahun terakhir ini. Di lain pihak, Gereja juga tetap memiliki pengharapan akan teratasinya keprihatinan ini dengan adanya tawaran-tawaran dari warga sekitar gereja (sebelah timur dan barat batas kompleks Gereja) yang telah menawarkan tanahnya untuk Gereja. Tentu saja, ini menjadi pengharapan yang besar bahwa tanah-tanah tersebut dapat dimilliki oleh Gereja. Harapan tersebut mulai direalisasikan dengan pembelian pertama tanah baru pada awal tahun 2008 yang lalu. Semenjak itu, umat terus menggalang dana untuk pembelian-pembelian tanah berikutnya meskipun sungguh disadari, dana yang terus digalang masih jauh dari cukup untuk merealisasikan pengharapan itu.
Kerjasama, keterlibatan dan pemberdayaan yang terus menerus ditumbuhkan dalam diri umat merupakan kekuatan yang besar untuk tercapainya kehidupan Gereja serta sarana dan fasilitas pendukung yang semakin memadai. Kehidupan umat pun dirasakan semakin dinamis dan guyub dalam berbagai kegiatan yang semakin meningkat baik di tingkat paroki maupun juga lingkungan. Kegiatan-kegiatan rutin telah menjadi habitus dalam kehidupan menggereja umat di tingkat lingkungan. Semua lingkungan menggunakan hari Selasa dan Kamis, atau Jumat khusus untuk kegiatan menggereja seperti pendalaman iman, pendalaman kitab suci, latihan kor, PIA, OMK dan pertemuan lingkungan. Sedangkan di tingkat paroki, hari Rabu menjadi hari paroki, yang digunakan untuk rapat-rapat atau pertemuan di tingkat paroki.
Semuanya itu tentu tidak bisa dilepaskan dari semangat dan spiritualitas yang terus dikembangkan dalam diri umat yang meneladan Santa Maria, khususnya yang rendah hati dan murah hati dalam pelayanan. Semangat dan spiritualitas itulah yang memberikan kekuatan dalam diri umat untuk membangun kehidupan menggereja terus meningkat dan juga keterlibatan di tengah-tengah masyarakat semakin berdaya guna. Semoga, tahun syukur ini semakin membawa berkat bagi Gereja Santa Maria dan khususnya bagi masyarakat sekitar agar Gereja sungguh terlibat dan membagikan berkat-Nya bagi semua orang karena Allah baik kepada semua orang.

6. STATUS KELEMBAGAAN GEREJAWI

Pada tanggal 9 Januari 1971, Gereja Santa Maria Kartasura secara resmi lepas dari Paroki Santo Petrus Purwosari dan Rama Franciscus Paulus Huneker, MSF ditunjuk sebagai Pastor Kepala Paroki yang pertama kali. Sejak saat itu juga semua urusan dan pencatatan administrasi paroki menjadi tanggungjawab sendiri. Dalam perjalanan sejarah, paroki telah mengalami pergantian, baik romo paroki maupun kepengurusan Dewan Paroki. Salah satu bagian sejarah paroki yang penting adalah bahwa pada bulan September 1993, reksa pastoral Paroki diserahkan oleh Tarekat Misionaris a Sacra Familia (MSF) kepada Keuskupan Agung Semarang, dengan Rm. Laurentius Wiryadarmaja, Pr sebagai romo paroki yang pertama.
Umat Allah Paroki Santa Maria Kartasura adalah bagian dari Umat Allah Keuskupan Agung Semarang (KAS) yang membangun persekutuan (communio) umat beriman yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Sebagai bagian dari Keuskupan Agung Semarang, persekutuan umat Allah Paroki Santa Maria berada dalam batas-batas teritorial tertentu. Batas paroki Santa Maria Kartasura dengan paroki-paroki lain adalah sebagai berikut:
a. Di bagian Timur dan Tenggara, Paroki Santa Maria berbatasan dengan Paroki Santo Inigo Dirjodipuran, tepatnya yaitu Stasi Kristus Raja Solobaru.
b. Di bagian Timur dan Timur Laut, Paroki Santa Maria berbatasan dengan Paroki Santo Paulus Kleco.
c. Di bagian Utara, Barat dan Barat Laut, Paroki Santa Maria berbatasan dengan Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, dan Paroki administratif Hati Kudus Tuhan Yesus Simo.
d. Di Bagian Barat Daya dan Selatan, Paroki Santa Maria berbatasan dengan Paroki Santo Yohanes Rasul Delanggu.

Dalam batas teritorial pemerintahan, Paroki Santa Maria Kartasura yang terdiri dari empat belas wilayah dengan empatpuluh satu lingkungan berada dalam enam kecamatan di tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Boyolali, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo.

A. Kabupaten Boyolali:
a. Kecamatan Banyudono yaitu Wilayah Banyudono, yang terdiri dari lingkungan Stanislaus dan lingkungan Fransiskus Xaverius),
b. Kecamatan Ngemplak yaitu Wilayah Ngemplak, yang terdiri dari lingkungan Mateas dan lingkungan Andreas,
c. Kecamatan Sawit yaitu Wilayah Sawit yang terdiri dari lingkungan Paulus dan lingkungan Yohanes).

B. Kabupaten Karanganyar:
a. Kecamatan Colomadu, yaitu
- Wilayah Colomadu 1, yang terdiri dari lingkungan Yustinus, lingkungan Agustinus, lingkungan Mikhael, dan lingkungan Lukas;
- Wilayah Colomadu 2 yang terdiri dari lingkungan Elisabeth, lingkungan Antonius, lingkungan Thomas, lingkungan Fransiskus, dan lingkungan Sisilia.
- Wilayah Blulukan, yang terdiri dari lingkungan Maria dan Yoseph.

C. Kabupaten Sukoharjo:
Kabupaten Sukoharjo merupakan tempat di mana Gereja Paroki berdomisili. Sebagian besar wilayah Paroki Santa Maria Kartasura berada dalam teritorial Kabupaten Sukoharjo.
a. Kecamatan Kartasura, yaitu
- Wilayah Kartasura 1, yang terdiri dari lingkungan Ignatius dan lingkungan Maria;
- Wilayah Kartasura 2 yang meliputi lingkungan Yoseph, lingkungan Paulus dan lingkungan Ignatia;
- Wilayah Kartasura 3 yang meliputi lingkungan Yohanes, lingkungan Paulus dan lingkungan Yoseph;
- Wilayah Gembongan yang meliputi lingkungan Laurentius, lingkungan Benedictus, lingkungan Bernardinus dan lingkungan Yohanes;
- Wilayah Gonilan yang meliputi lingkungan Maria dan lingkungan Fransiskus;
b. Kecamatan Gatak, yaitu
- Wilayah Gebyok yang meliputi lingkungan Yohanes dan lingkungan Paulinus;
- Wilayah Mayang yang meliputi lingkungan Petrus, lingkungan Stefanus, lingkungan Yohanes, lingkungan Xaverius dan lingkungan Philipus;
- Wilayah Gawok yang meliputi lingkungan Antonius, lingkungan Albertus, dan lingkungan Ignatius.

7. KEPENGURUSAN DEWAN PAROKI SANTA MARIA.

Pada tahun 2010 ini, Paroki Santa Maria Kartasura memiliki Dewan Paroki yang baru masa bhakti 2010 – 2012, yang dilantik pada tanggal 24 Januari 2010, yang lalu. Personalia Dewan Paroki pun semakin disempurnakan dengan tim-tim kerja yang lengkap. Dengan pelantikan oleh Rm. Pius Riana Prapdi, Pr sebagai Administrator Diosesan Keuskupan Agung Semarang, Dewan Paroki baru memulai pelayanan dan tanggungjawabnya untuk membuat program kerja dan RAPB dengan langkah-langkah programasi yang visioner, yang ditawarkan oleh Keuskupan Agung Semarang. Dalam usaha tersebut, disadari bahwa Dewan Paroki Santa Maria masih dalam taraf pengenalan dan pembelajaran. Namun yang lebih pokok adalah bahwa usaha tersebut merupakan perwujudan kehendak baik yang merupakan benih yang akan dan mulai dihidupi oleh Dewan Paroki Santa Maria Kartasura, yang baru. Hal ini tampak dengan kesungguhan yang diperlihatkan oleh seluruh anggota Dewan Paroki yang sejak dilantik sampai dengan tanggal 21 Februari, setiap hari minggu bertemu bersama untuk merencanakan program-program kerja pada tahun 2010 ini, bahkan pada hari-hari lain tim-tim kerja bersama ketua bidang mengadakan pertemuan demi terwujudnya program kerja yang visioner tersebut. Dalam waktu yang mendesak, Dewan Paroki menunjukkan tekad dan menyatukan visi yang sama agar semakin menunjukkan Gereja yang Visioner pada tahun 2010 ini.

8. RUMUSAN VISI DAN MISI PAROKI

Umat Allah Paroki Santa Maria Kartasura bercita-cita semakin terlibat dalam mewartakan Kerajaan Allah yang memerdekakan dan hendak mewujudkannya dengan semakin membangun relasi persahabatan dengan Allah yang semakin erat, mengangkat martabat pribadi manusia serta melestarikan keutuhan alam ciptaan.
Kerajaan Allah yang hendak dibangun di Paroki Santa Maria Kartasura ini tetap terarah pada apa yang menjadi visi dan misi Keuskupan Agung Semarang 2006-2010, dengan tetap memperhatikan konteks, spiritualitas paroki, potensi dan keprihatinan, serta kekhasan umat Allah di Paroki Santa Maria. Umat Allah Paroki Santa Maria hendak menanggapi dan terlibat secara aktif untuk mewujudkan Kerajaan Allah tersebut pada tahun 2010 ini, secara khusus dalam usaha membangun syukur atas habitus baru yang telah tumbuh di dalam umat sebagai benih yang akan terus menerus ditumbuhkembangkan agar semakin berdaya dan berbuah bagi kehidupan. Tema “terlibat berbagi berkat” merupakan slogan yang senantiasa menjadi semangat.
Harapannya, dengan menanggapi dan membangun keterlibatan seluruh umat, teristimewa dengan memberikan kesempatan serta menumbuhkan keterlibatan anak-anak, remaja dan orang muda Katolik, umat Allah Paroki Santa Maria Kartasura semakin menjadi Gereja yang sungguh dapat dipercaya, bertanggungjawab serta sungguh berarti dan bermakna bagi Gereja dan masyarakat di sekitarnya.
Oleh karena itu, visi dan misi keuskupan, fokus pastoral 2010, potensi dan keprihatinan paroki, serta spiritualitas Santa Maria, dicerna dalam visi dan misi Paroki Santa Maria Kartasura. Hal itulah yang menjadi dasar yang kemudian diwujudkan dalam bentuk program kerja tahun 2010 sebagai acuan hidup menggereja selama tahun ini, yang dibuat berdasarkan data dan keprihatinan pastoral yang muncul dari proses refleksi dan evaluasi Dewan Paroki Harian pada khususnya dan seluruh umat pada umumnya.


8.1. ARAH DASAR UMAT ALLAH KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG 2006 – 2010.

Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dalam bimbingan Roh Kudus berupaya semakin menjadi persekutuan pagugyuban-paguyuban murid-murid Yesus Kristus yang mewujudkan Kerajaan Allah yang memerdekakan (bdk.Luk 4:18-19). Mewujudkan Kerajaan Allah berarti bersahabat dengan Allah, mengangkat martabat pribadi manusia, dan melestarikan keutuhan ciptaan.
Dalam konteks masyarakat Indonesia yang sedang berjuang mengatasi korupsi, kekerasan, dan kerusakan lingkungan hidup, umat Allah Keuskupan Agung Semarang terlibat secara aktif membangun habitus baru berdasarkan semangat Injil (bdk. Mat 5-7). Habitus baru dibangun bersama-sama: dalam keluarga dengan menjadikannya basis hidup beriman; dalam diri anak, remaja, dan kaum muda dengan melibatkan mereka untuk pengembangan umat; dalam diri yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir dengan memberdayakannya.
Untuk mendukung upaya tersebut, umat Allah Keuskupan Agung Semarang mengembangkan pola penggembalaan yang mencerdaskan umat beriman, melibatkan perempuan dan laki-laki, memberdayakan paguyuban-paguyuban pengharapan, memajukan kerjasama dengan semua yang berkehendak baik, serta melestarikan keutuhan ciptaan.
Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dengan tulus hati bertekad bulat melaksanakan upaya tersebut, dan mempercayakan diri pada penyelenggaraan ilahi dengan setia dan rendah hati seturut teladan Maria, hamba Allah dan bunda Gereja.
Allah yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya (bdk.Flp 1:6).

8.2. RUMUSAN VISI DAN MISI PAROKI SANTA MARIA KARTASURA.

Visi dan misi Paroki Santa Maria Kartasura yang hendak diwujudkan dalam kehidupan menggereja dan seluruh karya pastoral paroki adalah sebagai berikut:

8.2.1. Visi Paroki

Umat Allah Paroki Santa Maria Kartasura, dengan bimbingan Roh Kudus dan teladan Santa Maria, bertekad mewujudkan Kerajaan Allah yang memerdekakan berdasarkan iman yang mendalam dengan melibatkan seluruh umat dalam dinamika pastoral yang hidup, sehingga terwujud umat Allah yang mandiri, mengutamakan yang kecil, lemah, miskin, tersingkir serta difabel, serta memiliki kepedulian terhadap keutuhan ciptaan.

8.2.2. Misi Paroki

2.2.2.1. Mengubah pola pikir dari Gereja Hirarkis menuju Gereja sebagai Komunio.
2.2.2.2. Memfungsikan dan mengoptimalkan peran pengurus-pengurus umat di tingkat lingkungan.
2.2.2.3. Mengubah pola pelayanan yang individual menuju pola pelayanan kerjasama sebagai tim kerja.
2.2.2.4. Melibatkan seluruh umat terutama anak-anak, remaja dan kaum muda untuk membangun gerakan cinta lingkungan hidup, serta kepedulian terhadap kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel.
2.2.2.5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan atas dasar pelayanan yang rendah hati dan murah hati.

8.3. STRATEGI PASTORAL

Strategi pastoral yang hendak dibangun dalam kehidupan menggereja di Paroki Santa Maria Kartasura ini tetap berpedoman pada pola penggembalaan yang dikembangkan oleh Gereja Keuskupan, yaitu pola penggembalaan yang mengikutsertakan, mengembangkan dan memberdayakan seluruh umat Allah. Dalam pola penggembalaan tersebut, pelayanan pastoral diarahkan untuk semakin mencerdaskan umat beriman, meningkatkan keterlibatan perempuan dan laki-laki, memberdayakan paguyuban-paguyuban pengharapan, memajukan kerjasama dengan semua pihak yang berkehendak baik, dan melestarikan keutuhan serta kepedulian terhadap lingkungan hidup.
Cara berpastoral yang hendak dikembangkan selaras adalah berpastoral berdasarkan data, baik melalui cara baru berpastoral dari tradisi menuju opsi, maupun melalui metode dinamika pastoral. Umat Allah Paroki Santa Maria Kartasura menyadari bahwa cara baru berpastoral ini merupakan cara pastoral yang sangat baik dan hendak dikembangkan terus dalam pelayanan pastoral agar kehidupan berjemaat menjadi semakin hidup dan berkembang selaras dengan visi dan misi paroki serta selaras dengan visi dan misi Keuskupan Agung Semarang.


9. TUJUAN PAROKI.

Paroki Santa Maria Kartasura mendasarkan diri dari fokus pastoral Keuskupan Agung Semarang, Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2006-2010, serta visi – misi paroki, spiritualitas paroki dan potensi – keprihatinan paroki, hendak mencapai tujuan-tujuan paroki sebagai berikut.

9.1. Tujuan Jangka Panjang.
Tujuan jangka panjang Paroki Santa Maria yang hendak dicapai selama lima tahun (tahun 2010 – 2015) mendatang adalah:
- Umat Allah Paroki Santa Maria Kartasura menjadi Gereja yang mewujudkan Kerajaan Allah yang memerdekakan berdasar iman yang mendalam, yang ditandai dengan kepedulian terhadap kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel; serta terhadap keutuhan ciptaan melalui gerakan-gerakan cinta lingkungan hidup dan pemberdayaan KLMTD.
- Umat Allah Paroki Santa Maria Kartasura menjadi Gereja communio, yang ditandai dengan keterlibatan seluruh umat dalam dinamika pastoral yang hidup selaras dengan Arah dan Dasar Keuskupan Agung Semarang dan spritualitas Santa Maria.
- Umat Allah Paroki Santa Maria Kartasura menjadi Gereja yang mandiri, yang ditandai dengan tata kelola keuangan yang transparan dan akuntabel selaras dengan pedoman tata kelola keuangan Keuskupan Agung Semarang; serta tata penggembalaan yang mengikutsertakan-mengembangkan-memberdayakan selaras dengan Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang dan berdasarkan data.

9.2. Tujuan Jangka Menengah.
Tujuan jangka menengah Paroki Santa Maria Kartasura yang menjadi arah pastoral selama tiga tahun mendatang atau selama periode Dewan Paroki Santa Maria 2010 – 2012 adalah sebagai berikut:
- Umat Paroki Santa Maria Kartasura menjadi Gereja yang terlibat dalam bidang-bidang pelayanan Gereja yaitu liturgi, pewartaan dan pelayanan kemasyarakatan, yang ditandai dengan peningkatan partisipasi umat dalam bidang-bidang tersebut.
- Umat Allah Paroki Santa Maria Kartasura menjadi Gereja yang murah hati dan rendah hati dalam pelayanan, yang ditandai dengan kinerja dari tim-tim kerja Dewan Paroki, pamong umat di tingkat lingkungan dan wilayah yang berorientasi pada pola pelayanan kerjasama dengan melibatkan anak-anak, remaja dan kaum muda.
- Umat Allah Paroki Santa Maria Kartasura menjadi Gereja yang visioner, yang ditandai dengan tata kelola keuangan yang benar selaras dengan pedoman keuangan Keuskupan Agung Semarang dan Pedoman Pelaksanaan Keuangan Paroki; serta perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi program-program kerja yang sesuai dengan tahapan programasi dan RAPB Keuskupan Agung Semarang serta metode spirale pastorale.
- Umat Allah Paroki Santa Maria menjadi Gereja yang peduli dan menjadi berkah bagi masyarakat terutama kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir serta difabel, yang ditandai dengan alokasi dana yang jelas, transparan dan akuntabel serta tepat sasaran.

9.3. Tujuan Jangka Pendek.
Tujuan jangka pendek atau tujuan tahun 2010 yang akan dicapai oleh umat Allah Paroki Santa Maria yang didasari juga dengan fokus pastoral Keuskupan Agung Semarang tahun ini, yang dicanangkan sebagai Tahun Syukur Atas Habitus Baru serta tema tahun syukur: Terlibat Berbagi Berkat adalah sebagai berikut:
- Umat Allah Paroki Santa Maria Kartasura menjadi Gereja yang penuh syukur melalui pemberdayaan dan peningkatan keterlibatan umat lingkungan dan paguyuban-paguyuban dalam pelayanan liturgi Gereja baik di tingkat lingkungan, wilayah maupun paroki; serta kepedulian terhadap lingkungan hidup.
- Umat Allah Paroki Santa Maria Kartasura menjadi Gereja yang signifikan, yang ditandai dengan tata kelola keuangan yang transparan-akuntabel dan tata penggembalaan yang mengembangkan-melibatkan-memberdayakan mulai dari tingkat lingkungan, wilayah dan paroki khususnya Dewan Paroki.
- Umat Allah Paroki Santa Maria Kartasura menjadi Gereja yang berbagi dan berbela rasa (relevan) terhadap kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel yang ada dalam lingkup Paroki melalui pemanfaatan Dana Aksi Puasa Pembangunan dan Dana Papa-Miskin yang tepat sasaran, tertata, transparan dan akuntabel.


10. CAPAIAN-CAPAIAN PROGRAM KERJA 2009 DAN HARAPAN.

Tahun 2009 merupakan Tahun Orang Muda Katolik. Titik fokus utama tahun ini adalah bagaimana Gereja melibatkan Orang Muda Katolik dalam pengembangan iman umat Allah Paroki Santa Maria Kartasura. Fokus pastoral ini sungguh tampak dalam gerak dan dinamika pastoral seluruh umat juga secara khusus Dewan Paroki periode yang lalu. Program-program kerja diarahkan untuk bagaimana Orang Muda Katolik diberi kesempatan dan mengambil kesempatan untuk melibatkan diri dalam kehidupan menggereja dan melalui Gereja kepada masyarakat. Capaian-capaian yang telah didapatkan selama tahun 2009 antara lain sebagai berikut:

10.1. Pendataan Orang Muda Katolik selama masa Adven 2008, dengan hasil data sebagai berikut.
Jumlah OMK Santa Maria akhir tahun 2008 ada 613 orang, yang terdiri dari:
a. OMK pria = 295 orang dan OMK wanita = 318 orang
b. Tingkat pendidikan= SMP (88 orang); SMA (189 orang); Perguruan Tinggi (245 orang); dan 91 orang sudah tidak menempuh pendidikan.
c. OMK yang tinggal di paroki=459 orang, dan yang berdomisili di paroki lain= 154 orang.
d. OMK yang sudah mulai terlibat aktif di tingkat lingkungan sampai paroki= 143 orang.
e. OMK yang masuk dalam kepengurusan di tingkat lingkungan sampai paroki= 79 orang.
10.2. Program-Program Kerja Dewan Paroki yang menjadi tempat keterlibatan Kaum muda:
a. Panitia Hari Santa Pelindung Paroki yang terlaksana pada tanggal 13 September 2009 dengan sungguh melibatkan umat yang banyak dalam seluruh elemen umat dari anak-anak; remaja, OMK sendiri dan Orang Tua Katolik (orangtua).
b. Panitia Pesta Paduan Suara tingkat Lingkungan, yang melibatkan 34 lingkungan dari 41 lingkungan yang ada di paroki, pada tanggal 28-29 Agustus 2009.
c. Perayaan Ekaristi Kaum Muda Paroki, yang terlaksana tiga kali dalam satu tahun yang dilaksanakan dan disiapkan oleh OMK bersama dengan tim liturgi paroki.
d. Lomba cerdas cermat Kitab Suci dan menyanyikan Mazmur, yang diikuti oleh 42 OMK, 36 anak-remaja, dan 34 orang tua, dengan tujuan untuk menjaring OMK agar terlibat dalam pelayanan Lektor dan Pemazmur Paroki.
e. Pelatihan-Pelatihan dan pemberdayaan KLMT yang diadakan oleh tim kerja APP dan PSE serta LitBang Paroki yang juga melibatkan OMK Paroki dalam persiapan dan pelaksanaannya.
f. Hari Raya Natal 2008 dan Hari Raya Paskah 2009, juga melibatkan OMK Paroki untuk terlibat dalam persiapan liturgi baik dalam tugas kor, lektor, misdinar, dan juga among tamu.

10.3. Pemberdayaan OMK melalui kelompok-kelompok kategorial:
a. Pembentukan kor OMK.
b. Pemberdayaan dan Pendampingan KLMT, dalam program “sampah menjadi berkah” dimana OMK dilibatkan dalam kepanitiaan.
c. Pengembangan Lektor dan Pemazmur Paroki, yang sebagian anggotanya adalah OMK.
d. Live-in OMK di Paroki St. Theresia Lisieux, Boro.

Itulah sebagian usaha Dewan Paroki Santa Maria dan umat untuk memberikan kesempatan kepada OMK Santa Maria untuk melibatkan diri dan belajar menjadi penggerak dan pelayan dalam kehidupan menggereja dan memasyarakat. Banyak hal yang telah bertumbuh dan berkembang sebagai “benih” yang tentu saja masih menjadi tugas besar seluruh umat, terutama Dewan Paroki yang baru untuk terus memupuk dan memelihara benih itu agar semakin tumbuh, berkembang dan berbunga, sehingga pada akhirnya menghasilkan buah-buah melimpah bagi Gereja dan masyarakat.
Selain itu tahun 2009 merupakan tahun dimulainya perubahan secara struktural dalam pengelolaan umat. Pada bulan Juli dan Agustus 2009 diadakan pergantian pengurus umat lingkungan dan pergantian ketua-ketua wilayah. Pengurus umat lingkungan ini dilantik serentak pada ekaristi puncak hari pelindung paroki yang diselenggarakan pada tanggal 13 September 2009. Menyusul pergantian pengurus lingkungan adalah pergantian prodiakon paroki. Proses pergantian prodiakon paroki ini pun melibatkan seluruh umat mulai dari pencalonan, ditindaklanjuti dengan wawancara masing-masing calon dengan Rama paroki, diajukan ke Keuskupan Agung Semarang, disiapkan dengan rekoleksi tiga hari (Triduum) dan dilantik pada ekaristi Pesta Keluarga Kudus: 27 Desember 2009. Akhirnya kegiatan penting yang terjadi pada tahun 2009 adalah pergantian Dewan Paroki. Proses ini pun melibatkan seluruh umat mulai dari pencalonan, dilanjutkan dengan pemilihan Wakil Ketua 2 dan Ketua-ketua Bidang. Pemilihan tersebut dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2009. Setelah dilengkapi dengan tim-tim kerja, Dewan Paroki yang baru itu dilantik dalam ekaristi pada tanggal 24 Januari 2010 oleh Rama Pius Riana Prabdi, Administrator Diosesan Keuskupan Agung Semarang.
Harapan utama terhadap Dewan Paroki yang baru tentu saja tetap memberikan kesempatan bagi OMK untuk terlibat dan secara serius mendampingi OMK dalam kancah kehidupan menggereja, serta memberikan dukungan baik finansial, moral maupun support agar sungguh OMK yang menjadi “generasi penerus/penentu” Gereja tidak hanya menjadi slogan yang kerap disuarakan, melainkan menjadi konkrit dalam perhatian yang penuh tanggungjawab dari Dewan Paroki dan seluruh umat (khususnya orangtua) untuk mendukung dan mendorong OMK menjadi warga Gereja seperti yang dicita-citakan tersebut. Sungguh disadari bahwa keterlibatan OMK yang memiliki potensi yang besar yang sudah dirasakan oleh seluruh umat, akan terus berkembang dan tumbuh, sangat dipengaruhi oleh perhatian Dewan Paroki dan orangtua. Tanpa kedua unsur tersebut, OMK akan menghadapi tantangan besar sebagai “generasi penerus/penentu” Gereja, terlebih juga di dalam tanggungjawabnya sebagai penerima warisan iman dari Gereja sekarang (orangtua, Dewan Paroki). Dengan terus menerus memberikan perhatian kepada OMK dan tentu saja anak serta remaja, Dewan Paroki dan seluruh umat menunjukkan tanggungjawabnya serta kesadarannya bahwa anak-anak (anak, remaja, dan OMK) merupakan penerus dan generasi Gereja yang perlu disiapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar